AKARTA – IndonesiaPos
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) yang mengeluarkan ketentuan baru tentang persyaratan usia calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berpotensi menguntungkan dinasti Presiden Joko Widodo.
Peneliti ICW Kurnia Ramadhana mengatakan melalui putusan uji materi Nomor 23 P/HUM/2024, usia seorang individu untuk menjabat kepala daerah dihitung pada tahapan pelantikan, bukan pada tahapan pendaftaran pasangan calon.
Itu mengubah pemaknaan atas bunyi Pasal 4 ayat (1) huruf d Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2020 (PKPU 9/2020). Bersama Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK), ICW menilai putusan tersebut bermasalah.
“Menurut kami, pertimbangan dan amar putusan MA ini bermasalah karena melanjutkan preseden buruk dari Pemilu 2024, yakni mengotak-atik aturan terkait kandidasi yang terlalu berdekatan dengan periode pendaftaran bakal calon peserta pemilu,”katanya.
Apalagi, kata Kurnia, perubahan aturan tersebut diterapkan pada periode Pilkada sekarang, sehingga dapat menguntungkan pihak tertentu.
“Ini sudah ketahuan, diduga anak Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, yang akan berusia genap 30 (tiga puluh) tahun pada Desember 2024 mendatang,”terangnya.
Menurutnya, ketentuan mengenai syarat usia minimum merupakan bagian dari persyaratan administratif yang sejatinya memang harus dipenuhi pada masa pendaftaran sebelum pemilihan berlangsung.
“Tanpa secara eksplisit disebutkan penghitungan pada tahapan pemilihan pun, pembacaan UU Pemilu secara sistematis dan praktik ketatanegaraan Indonesia selama ini menunjukkan syarat usia merupakan syarat administratif di tahap pendaftaran,”tegasnya.
Dengan demikian, Kurnia menyebut, ketentuan pada Pasal 4 ayat (1) huruf d PKPU 9/2020 yang mengatur batasan usia minimal yang terhitung sejak penetapan pasangan calon ialah hal yang sudah tepat.
“Keberadaan substansi pasal dalam PKPU ini juga sudah sesuai dengan esensi dari Peraturan KPU yang memang perlu mengatur secara detail ketentuan pencalonan,”ungkapnya.
Dijelaskan, apabila melihat ketentuan lain yang serupa, seperti syarat dalam pencalonan anggota legislatif, syarat usia minimal juga diatur untuk dipenuhi saat penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) yang berarti sebelum pemilihan dilangsungkan.
“Dengan demikian, menjadikan ketentuan mengenai syarat usia minimal calon kepala daerah dihitung sejak masa pelantikan calon terpilih merupakan hal tidak berdasar dan mengada-ada,”paparnya.
Pada bulan Mei 2024, untuk kemudian diputus pada 29 Mei 2024. dapat dikatakan bahwa perkara ini hanya diputus dalam kurun waktu tiga hari.
“Besar kemungkinan terdapat politisasi yudisial di balik perkara ini,”ucapnya.
Kurnia menambahkan, jika dibandingkan dengan uji materi terhadap PKPU yang sebelumnya pernah dilayangkan oleh ICW bersama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) ke MA terkait dengan ketentuan yang mempermudah mantan narapidana korupsi untuk dapat mendaftarkan diri sebagai peserta pemilu secara instan pasca menyelesaikan masa tahanan, perkara tersebut baru diputus setelah menunggu 109 hari semenjak permohonan diregistrasi di MA.
“Durasi tersebut bahkan telah jauh melampaui tenggat waktu hari kerja sebagaimana diamanatkan UU Pemilu,”jelasnya.
“Amar putusan MA janggal, sebab MA memaksakan untuk melakukan judicial activism dalam bentuk mengintervensi kewenangan KPU dalam membentuk regulasi tetapi tanpa disertai justifikasi yang memadai,”imbuhnya
ICW Desak KPK Pecat Pegawainya Yang Terlibat Pungli di Rutan