JAKARTA – IndonesiaPos
Mundurnya Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel A Pangerapan menunjukan buruknya tata kelola perlindungan cyber yang menjadi tanggung jawab Kemenkominfo.
Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan pengunduran diri Semuel bisa diartikan banyak arti termasuk sebagai korban dari permasalahan serius yang sedang mengemuka.
“Terkesan jadi korban dari tekanan publik dan kekecewaan publik. Seperti drama Korea, Menterinya yang harusnya mundur tapi karena dia kesayangan Jokowi maka tidak akan berani,” ungkapnya, Kamis (4/7/2024).
Menurutnya permasalahan tentang peretasan data berkelindan dengan permasalahan lain yang rumit. Sehingga perlu upaya lebih untuk mengurai dan memperbaikinya. Hal yang mencolok dan patut dibuat terang adalah tentang anggaran pengamanan data nilainya Rp700 miliar.
“Sebenarnya kementerian ini jadi tempat banjakan bagi para elit. Itu karena anggaran 700 miliar tapi kita dapatnya dapatnya bobol data. Pengamanan kita hanya sekelas warnet, jadi jauh dari kata nasional padahal anggaran tidak main-main. Jadi kami curiga anggaran ini tidak tepat sasaran,” tegasnya.
Dengan kenyataan yang ada maka sudah sepatutnya kementerian tersebut dievaluasi dan investigasi secara hukum. Karena bisa jadi mundurnya Semuel menjadi bagian dari upaya menutup gejolak yang ada khususnya terkait anggaran perlindungan data.
“Bisa jadi ini upaya meredam agar tidak jadi bulan-bulanan dan tentang anggaran itu juga akhirnya berhenti begitu saja”
Dia menambahkan jika Menkominfo Budi Arie mundur dari jabatannya maka bisa dimaknai bagian dari konspirasi dari peretasan terhadap PDNS 2.
“Karena diduga juga hackernya dari internal sana. Kesannya karena ada tebusan itu. Tentu perlu investigasi lagi untuk membuktikannya. Tapi ini betul-betul masalah rumit dan untuk mengurainya juga tidak mudah dan harus berani,”pungkasnya.
Rektor Unud Korupsi Rugikan Negara Rp335 Miliar, Kini Ditahan