<

AS dan Arab Saudi Tuduh Iran Berada Dibalik Serangan Ladang Minyak

KIlang Minyak Arabia Saudi Yang di Serang Drone

JAKARTA, IndonesiaPos.co.id

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump Jumat kemarin sudah menyetujui sekaligus memerintahkan pengiriman pasukan Amerika untuk meningkatkan pertahanan udara dan rudal Arab Saudi pasca serangan kilang minyak Aramco oleh drone gerilyawan Houthi Yaman dukungan Iran beberapa waktu lalu.

Namun langkah Trump itu dituding Ketua Parlemen AS, Nancy Pelosi sebagai tindakan yang mengkhawatirkan, karena secara sepihak, Trump dinilai disebutnya seolah ‘menutup mata’ akan tindak kekerasan Saudi Arabia terhadap Yaman serta pelanggaran hak asasi manusia dalam dugaan pembunuhan kejam jurnalis Jamal Khashoggi.

Meski demikian, menurut Pelosi, AS juga tidak bisa membiarkan lebih banyak kebrutalan dan pertumpahan darah.

“Kongres akan melakukan tugas guna menegakkan konstitusi, mempertahankan keamanan nasional dan melindungi rakyat Amerika,” ucapnya, seperti dilansir The Guardian, Minggu (22/9/2019).

Menyikapi keputusan Trump mengirim pasukan ke kawasan Teluk untuk melindungi Arab Saudi, Iran bereaksi dengan mengatakan akan menghancurkan ‘agresor’ apa pun saat ketegangan meningkat di Teluk.

Sementra itu, Menteri luar negeri Iran tidak percaya perang dapat dihindari, tetapi menjanjikan konflik apa pun tidak akan dihindari.

Iran telah mengancam akan mengejar dan menghancurkan agresor apa pun, dan mengatakan perang mungkin tidak terhindarkan setelah serangan pesawat tak berawak ke ladang minyak Arab Saudi ditambah penumpukan pasukan AS di Teluk.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Javad Zarif mengatakan kepada jaringan Amerika CBS bahwa ia tidak yakin perang dapat dihindari. Namun dirinya terus menyangkal pula keterlibatan pemerintah Iran dalam serangan drone gerilyawan Houthi ke kilang minyak Aramco milik Saudi Arabia beberapa waktu lalu.

Dalam wawancara dengan Margaret Brennan dari program Face the Nation, AS, Minggu pagi, Menlu Zarif memastikan pihaknya atau siapapun tak bisa menghindari perang (di kawasan Teluk). Ia juga menegaskan Iran tidak akan memulai perang, karena siapa yang memulai lebih dulu tentunya tidak bisa menyelesaikan.

“Saya tidak yakin bahwa kita dapat menghindari perang. Saya yakin kami tidak akan memulainya, tetapi saya yakin bahwa siapa pun yang memulai tidak akan menjadi orang yang menyelesaikannya,” ujar Zarif kepada Face the Nation, Minggu (22/9/2019) pagi.

AS dan Arab Saudi telah berulang kali menuduh Iran berada dibalik serangan 14 September ke ladang minyak Saudi, yang diklaim oleh gerakan Houthi Yaman, sebuah kelompok yang bersekutu dengan Iran. Houthi diyakini sekarang sedang memerangi aliansi yang dipimpin Saudi dalam perang saudara Yaman.

Mengenai kedekatan Iran dengan gerilyawan Houthi, Menlu Zarif menegaskan hal itu tidak bisa dikaitkan atau dijadikan dasar tudingan keterlibatan militer Iran dalam serangan kilang minyak itu. Sehingga, keputusan AS mengirim pasukan ke kawasan Teluk melindungi Saudi dianggap Zarif bukan keputusan yang menyelesaikan masalah.

BERITA TERKINI