<

Sekda Hardiono Harapkan DPRD Depok Setujui Kenaikan Anggaran BPJS Di APBD

DEPOK, IndonesiaPos.co.id

Dalam kehidupan manusia, Kesehatan adalah hal penting. Tanpa tubuh yang sehat dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif, bahkan menyebabkan hilangnya kesempatan serta peluang. Akibatnya lambat laun akan berkurang uang yang dimilikinya, sehingga jatuh miskin karena sakit. Demikian diungkapkan Sekda Kota Depok Hardiono, Rabu (6/11/19).

Hardiono menyampaikan, siapapun orangnya, bila sakit berkepanjangan akan menimbulkan penderitaan. Salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan dalam menangani hal tersebut yaitu, menyediakan pola pembiayaan bagi orang miskin dengan BPJS Kesehatan, yang di tanggung Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. sebelumnya didahului dengan Jamkesmas untuk pusat, dan daerah dengan Jamkesda.

Kini , tandasnya, dengan BPJS Kesehatan yang saat ini dengan premi Rp 23.000,- per bulan, ternyata tidak mencukupi untuk menghidupi keberlangsungan roda perputaran BPJS Kesehatan.

Dia menjelaskan, setelah melalui evaluasi yang cukup panjang, akhirnya keluar Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 75 tahun 2019 yang merupakan perubahan atas Peraturan Presiden nomer 82 tahun 2018 tentang jaminan kesehatan pasal 29, dengan menaikkan iuran bagi orang miskin yang dibiayai pemerintah menjadi Rp 42.000,- per orang per bulan.

“Jumlah orang miskin yang ditanggung oleh pemerintah kota Depok sejumlah 257.811 jiwa. Dengan demikian untuk pembiayaan kesehatan bagi mayarakat miskin di Kota Depok akan terselesaikan ditahun 2020 dengan biaya premi menjadi Rp 58.780.908.000,-. Ini luar biasa naik 82 persen dibiayai oleh APBD”, ungkapnya.

Menurut Hardiono, Angka tersebut, masih dalam usulan ke DPRD, dengan harapan  dapat disetujui, dan semoga biaya yang di alokasikan ini  bermanfaat, dan tepat sasaran, sehingga dapat berpartisipasi dalam menurunkan angka kemiskinan dan angka kesakitan, serta meningkatkan indeks kepuasan masyarakat di bidang kesehatan.

Khusus untuk peserta yang mandiri, Ia meminta jangan dinaikkan, lantaran akan memberatkan masyarakat. (Rki)

BERITA TERKINI