<

Lapas Adalah Miniatur Negara, Sementara Kejahatan Adalah Produk Masyarakat Yang Lemah

INDONESIAPOS –

Lapas merupakan akronim dari Rumah pendidikan bagi orang bersalah supaya patuh pada hukum
dan berbuat baik atau lembaga pembinaan di dalam pemasyarakatan yang menempatkan cermin
kontradiktif antara esensi dan eksistensinya.

Lembaga pemasyarakatan Pamekasan (Lapas) didirikan berpijak pada amanah besar untuk memberikan bekal fisik, mental dan spiritual kepada narapidana ketika kembali ke masyarakat, merupakan sebuah kontradiksi ketika lapas justru menjadi MIMIATUR di situasi dan kondisi masyarakat dewasa ini.

Sebetulnya banyak kata-kata nasehat dan petuah yang mencul dari para “Narapidana” Karena penjara merupakan tempat yang luar biasa. Salah satu tempat yang harus dikunjungi sebelum kita mati Banyak kisah-kisah inspirasi yang menari dari para penghuninya. Mereka jiwa-jiwa yang terasingkan dari dunia luar justru banyak menelurkan karya-karya dari sana. ‘Ruang Lapas Pamekasan merupakan sekolah bagi yang sudah Napi Tobat (NATO) Penjara memang pendidikan terakhir bagi kita untuk Terus berpikir besar meski didalam ruang sempit.

Penjara adalah sebuah cara bagi seseorang untuk mengoreksi dirinya. Sungguh amat keterlaluan, jika seseorang sudah masuk penjara tapi tidak berhasil melakukan koreksi atas dirinya. Menjadi penghuni penjara, kita dapat mengukur siapa teman yang setia dan siapa yang tidak. Termasuk dari keluarga sendiri.

Kepala Lapas klas IIa Pamekasan Mohammad Hanafi, SH M.Hum, sebagai pengasuh asal Jl.Shinhaji Menanggapi situasi akhir tahun ini untuk mewujudkan Lapas damai tanpa gejolak yg mengganggu ketertiban, bukan hanya tanggung jawab petugas lapas.

“Lapas adalah miniatur negara sementara kejahatan adalah produk masyarakat atau kelemahan, kesalahan pengelolaan masyarakat atau pemerintah hebat dalam memfasilatasi, memberdayakan
masyarakatnya, ”ungkap Hanafi.

Manusia sungguh dapat mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa harus dipaksa oleh kebutuhan fisiknya, sehingga ia tidak menjadi manusia yang menjual dirinya sebagai barang dagangan.

“Tidak cukup penjara, tidak cukup polisi, dan tidak cukup pengadilan” untuk menegakkan hukum bila tidak didukung oleh masyarakat’ sedangkan kejahatan adalah produk masyarakat’ Dalam mengelolah lapas adapun kendala dan kesulitan yang mana hal itu tidak berbeda dengan mengelolah masyarakat yg ada di pamekasan dalam menjalani kehidupannya.

Di dalam lapas di huni sejumlah manusia dengan segala aturan dan dinamikanya, begitu pula yang
terjadi pada kehidupan masyarakat sosial di sebuah perkampungannya. Manusia sungguh dapat mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa harus dipaksa oleh kebutuhan fisiknya, sehingga ia tidak menjadi manusia yang menjual dirinya sebagai barang dagangan

Kehidupan adalah hal paling langka di dunia, tetapi semua orang hidup di dalamnya. Maka banyak orang yang lupa bahwa hidup di dunia itu bagian dari kelangkaan jadi Hidup yang singkat itu bukankah lebih bijak bila digunakan untuk hal-hal berguna saja.

“Saat terjadi ketidaktertiban di dalam lapas, bukan berarti pihak lapas yang harus menerima teguran ataupun makian, namun semua warga lapas termasuk narapidana,”katanya.

Menurut pria asal Jl.Shinhaji ini, ketidaktertiban di dalam lapas akan berkurang kalau masyarakat dapat mengurangi kejahatan itu sendiri. Seperti halnya di Lapas Pamekasan yang hingga saat masih mempunyai impian dan harapan terciptanya kedamaian.

Seperti diketahui, penghuni lapas pamekasan mengalami overload. Dengan penghuni yang heterogen status sosialnya serta beragam karakter, maka gejolak dan konflik bisa terjadi kapan saja. Dari persoalan sepele seperti tatapan mata, senggolan badan bisa menjadi pemicu persoalan yang besar.

“Kapasitas lapas ini hanya 600 orang, tapi kenyataannya sekarang terisi 1100 orang. Namun bukan berarti konflik di lapas tidak bisa diminimkan, dengan cara pemahaman petugas tentang kapasitas dan kapabilitas petugas dalam mengelola konfik yang kerap terjadi, ”tambahnya.

Hanafi menuturkan, selama ini konflik yang terjadi di tafsirkan dengan sesuatu yang bersifat negatif. Namun jika diteliti lebih dalam secara menyeluruh konflik ialah hal yang lumrah, jadi setiap orang pasti pernah mengalami konflik baik yang sederhana sampai yang tinggi.

“Maka di Lapas Pamekasan kita selalu membekali pemahaman postif sehingga ketika mereka
menghadapi konflik, ada pilihan positif yang bisa diambil dalam menyelesaikan konflik yang tentunya menghindari solusi destruktif,”ujarnya.

Bertolak dari latar belakang itu, Lapas klas IIA Pamekasan mengambil langkah-langkah konkrit guna mewujudkan lapas BERIMAN, yang selalu di identikkan dengan selalu Bersih, Indah, Aman dan Nyaman. Salah satu langkah itu ialah keberadaan masjid yang berdiri di dalam Lapas dengan selalu
mengumandangkan ayat ayat Al Quran agar warga binaan hidup tentram dan damai dalam menjalani hukumannya.

“Tugas kita ialah membuat suasana kondusif diantaranya menumbuhkan bimbingan keagamaan, hubungan yang sangat mencair antara sesama narapidana dan juga dengan para petugas, ”imbuh
Hanafi.

Di lapas Pamekasan ada sebuah pesantren sebagai program unggulan yang mana setiap harinya di adakan pengajian rutin hingga Maghrib tiba.

“Kami juga bekerjasama dengan beberapa pesantren Kabupaten Pamekasan dan Kementrian agama kab pamekasan guna membekali narapidana dalam konteks spiritualnya,”imbuhnya.

MENGUBAH pandangan masyrakat ialah Tantangan terberat sebagai Petugas Lapas pamekasan namun hal itu bukan MENYIUTKAN NYALI untuk terus melakukan pembinaan terhadap orang yang dianggap bersalah atau bermasalah.

“Bagi saya ini letak keunikannya, bagaimana kita menyakinkan mereka agar bangkit dari keterpurukan dan memulai hidup dengan lembaran baru, ”tukasnya.

Hanafi memandang warga binaan sebagai manusia yang tersesat dan masih punya kesempatan bertaubat. Karena pada prinsipnya, sejahat-jahatnya manusia kalau sudah di sentuh hatinya pasti akan luluh. Dalam hidup, seringkali manusia merasakan jatuh bangun dan pahit getirnya kehidupan. Ketika
manusia berada pada posisi yang sangat terpuruk, tentu saja ia akan sagat membutuhkan dorongan dan semangat untuk bangkit, butuk suara atau semangat dari siapa saja orang
terdekatnya.

Memang masa – masa sulit akan terasa sangat berat apabila harus di selesaikan sendirian tanpa adanya dukungan dan semangat dari para teman, sahabat dan juga kerabat. Pada posisi yang sangat terpuruk pastinya seseorang akan membutuhkan spiritual yang Bijak yang bisa membuatnya bangkit dan merasa lebih tenang dari sebelumnya.

Hidup adalah pemberian, dan hidup memberi kita hak istimewa, kesempatan dan tanggung jawab
untuk mengembalikannya dengan menjadi lebih Terkadang memang ada banyak hal yang memungkinkan untuk membuat hati hancur, bahkan menjadikan jiwa goyah namun semuanya pasti terdapat hal baik setelahnya. Namun keputusasaan yang biasanya timbul ketika sedang di rundung masalah biasanya akan membuat seseorang bisa bersikap dan bertindak lebih dewasa dan lebih matang dari yang sebelumnya Dalam menjalani dan menghadapi tantangan sebagi petugas lapas, dibutuhkan sikap yang konsisten.

KONSISTEN berarti saat mengambil kebijakan harus lurus dan siap dengan konsekwensinya. Sedangkan IKLAS diartikan jalan agar menjadi tenang dalam bekerja dengan aapek spritual yang harus kita kejar dan menjauh dari hal hal negatif dan berharap pada Tuhan.

“Impian terbesar saya ialah membuat lapas khususnya di Pamekasan tetap menjadi lapas yang tertib dan aman, Sedangkan integritas perugas memang menjadi masalah tersendiri yang harus menekan sistim supaya kita patuh pada ketentuan.

(M. Hanafi. SH M.Hum.pengasuh Pesantren Attaubah Pamekasan.)

BERITA TERKINI