BANYUWANGI, IndonesiaPos
Polemik cosplay, sehingga menimbulkan gandrung tercoreng menuai berbincangan dibumi blambangan. Kini terus bergelincir sehingga komunitas Pembela Adat dan Budaya Banyuwangi (Balawangi) melakukan aksi unjuk rasa, menuntut agar permasalahan yang dianggap melecehkan budaya Banyuwangi itu segera diselesaikan. Rabu, (22/1/2020)
Ketua Balawangi, Solehudin. Mengatakan, balawangi meminta penyelenggara cosplay yang menampilkan Gandrung zombi meminta maaf secara terbuka. Dalam aksi ini Balawangi juga membawa dua penari Gandrung.
Sholehudin menyampaikan 5 (lima) pernyataan sikap, pertama mengutuk keras even yang digelar pada acara road show PARFI AWARD yang menampilkan sosok gandrung zombie, yang telah melecehkan dan mencoreng adat budaya Banyuwangi.
Pertama “ Kami memprotes keras penampilan sosok penari gandrung berwajah menyeramkan, karena gandrung merupakan ikon Banyuwangi yang seharusnya identik dengan keanggunan, cantik dan elok,“ ucapnya dihadapan dua anggota DPRD Banyuwangi.
Kedua, menuntut penyelenggara even Ghost Mania Festival untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat melalui media massa baik cetak, online maupun elektronik yang ada di Banyuwangi.
Ketiga, minta kepada DPRD banyuwangi untuk menyusun regulasi daerah yang mengatur dan melindungi adat dan budaya Banyuwangi, khususnya yang menjadi icon khas warga osing.
Ke empat, minta kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk melakukan penyaringan ketat atas permohonan even yang ada sangkut pautnya dengan adat dan budaya Banyuwangi. Dan yang kelima, minta kepada instasi terkait untuk menindak tegas pelaku atau penyelenggara kegiatan yang melecehkan adat dan budaya Banyuwangi
“Kita ingin menunjukkan riilnya seperti ini lho Gandrung. Ini ikonnya Banyuwangi. Ini yang kita cintai. Ini yang patut kita lestarikan. Dan mereka cantik, elok, ayu. Tidak seperti zombi yang dicoreng-coreng,” kata
Aksi unjuk rasa Balawangi ini dilakukan di dua tempat yakni di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi dan Kantor DPRD Banyuwangi.
Di Kantor Disbudpar, Balawangi sempat melakukan orasi. Mereka tidak terima ada orang yang melecehkan tari Gandrung. Balawangi tidak rela yang begitu elok, indah dan menawan dijadikan zombi yang menakutkan.
Gandrung tidak hanya sekedar tontonan tapi juga mengandung nilai tuntunan. Jika Gandrung dibuat seperti zombi menurut Balawangi anak-anakpun akan takut.
“Mohon maaf zombi itu apa sih? Budaya mana sih? Bukan budaya Indonesia juga.
Kami minta ada permohonan maaf secara terbuka disebarluaskan di media online cetak maupun elektronik,” kata Solehudin.
Setelah melakukan aksi di kantor Disbudpar, Balawangi kemudian bergeser ke DPRD Banyuwangi. Mereka ditemui dua anggota DPRD Banyuwangi, Wagianto dan Anom.
Di depan anggota dewan, mereka meminta persoalan ini segera diselesaikan. Balawangi juga meminta dibuat aturan untuk melindungi adat dan budaya Banyuwangi.
“Besar harapan kami segera terwujud sebuah regulasi khusus untuk melindungi adat dan budaya Banyuwangi. Perda atau Perbup, bentuknya sepeti apa beliau (DPRD) yang lebih memahami,” katanya.
Pada kesempatan itu, Wagianto menyatakan keprihatinannya atas munculnya cosplay Gandrung zombi yang menggambarkan wujud Gandrung seperti hantu.
Hal ini menurutnya, sebuah menistakan originalitas seni Gandrung yang menjadi kebanggaan dan maskot Banyuwangi.
“Kami akan tindak lanjuti dengan hearing. Ketika nanti ada permohonan hearing untuk mempertemukan seluruh stakeholder dan dinas terkait. Termasuk penyelenggara ini yang harus diundang. Kalau tidak bagaimana bisa selesai,” katanya
perlu di ketahui, Polemik cosplay Gandrung berwajah zombi bermula dari even Ghost Mania Festival yang digelar di sebuah pusat perbelanjaan di Banyuwangi, Minggu, 12 Januari 2020.
Dalam even itulah muncul cosplay Gandrung berwajah zombi. Disbudpar Banyuwangi langsung memanggil penyelenggara. Versi Disbudpar kegiatan itu merupakan rangkaian workshop yang digelar PARFI pusat.(ari bp)