IndonesiaPos –
Salah satu alat didalam sosial control adalah bagian dari Wartawan. Pada prinsipnya adalah wartawan merupakan alat masyarakat untuk menyampaikanb keluhan dan inspirasi nya untuk kepentingan masa depan masyarakat.
Apa yang saya sampaikan ini bukam bermaksud untuk ” Mendiskredit kan seseorang, apalagi terhadap profesionalisme kewartawqnan.
Pers itu merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan dan mengolah serta menyampaikam informasi dalam bentuk tulisan, suara, gambar dan data juga grafik maupun dalam bentuk lain nya dengan menggunakan model cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia, tukas Hanafi.
Namun profesi jurnalis itu yang melaksanakan profesinya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan baik itu di sengaja ataupun tidak disengaja.
Dan kesalahan yang disengaja biasanya jurnalis mencari berita miring yang menyudutkan seseorang, apalagi kalau menyangkut objek pemberitaaannya adalah orang penting yang memiliki reputasi di kalangan masyarakat, misalkan para Tokoh politik, Pejabat Pemerintahan, dan lain lainnya. Apabila pemberitaan itu telah ditayangkannya maka orang itu akan menjadi reputasinya jatuh.
Kesalahan tehnis pada pemberitaan yang tidak disengaja kebanyakan pada salah dal menerapkan pada ” Tata Bahasa (Grammar) nya, sehingga pemahaman pada pembacanya atau pendengarannya menjadi bias, atau pada media cetak terkadang ada kesalahan cetak, namun terkadang masyarakat tidak begitu peduli dengan kesalahan cetak itu.
Kita tahu bahwa penempatan pada tanda titik, koma dan huruf besar itu seharusnya dengan norma penulisan. Koma, titik dua, titik koma maupun tanda tanya begitu biasa yang seolah olah sudah terjadi sejak dulu dan ternyata tidak.
Terkadang dalam menjawab dan menyanggah pada kritikan, tidak bisa melihat apakah itu merupakan kalimat kritikan yang sekaligus respon yang tak masuk di akal atau tidak. Ini menjadi pertukaran kalimat kritik yang tentunya penting bagi publik yang khususnya para pembaca berita berita di media, karena kalimat maupun tanda itu merupakan ajakan kepada para pembaca untuk berpikir kritis.
Pertukaran kalimat kritik ini mampu menjadikan salah satu bentuk literasi media bagi publik namun ketika ancaman yang didahulukan dengan alasan ketersinggungan maka pintu diskusi yang sebenarnya pelan pelan sedang di tutup.
Sebagai pembaca dan penulis harus mengenal secara intim pada bahasa, titik, koma, garis miring dan berbagai tanda baca dalam bahasa tulisan, karena itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penulisan yang menunjukkan struktur gramatik yang membantu kita mengubah tulisan menjadi bahasa lisan ataupun gambar. Dan kita akan tersesat tanpa tanda tanda baca itu (atau setidak nya, akan luar biasa bingung), yang nyatanya para penulis dan pembaca bisa mengatasi hal itu selama beribu tahun dan apa yang akan mengubah benak mereka.
Ucapan ” membangun peradaban itu dimulai dari titik koma,” yakni bukti kepeduliannya terhada etos berbahasa Indonesia yang baik dan benar namun, ini bisa jadi sekaligus merupakan ungkapan keperhatinannya terhadap kondisi moral bermasyarakat ditingkat elite yang berpotensi menurunkan kualitas peradaban di Negeri ini.
Dalam tinjauan tata bahasa, titik adalah tanda berhenti-akhir dari sebuah kalimat dan koma adalah tanda jedah, sebelum susunan kata kata berikutnya pada sebuah kalimat dilanjutkan dan yang kedua tanda baca yang berperan menunjukkan suatu struktur tulisan.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat, seperti contoh, Saya tidak makan rujak karena pedas.
Dan tanda koma yang dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat, termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Seperti contoh, Oleh karena itu, kamu harus makan rujak.
Ditulis Oleh : M Hanafi.SH.M.Hum., Kalapas Kelas II A Pamekasan Madura
Dipublis Oleh : Ndri