<

Ekosodus Mantan Pendukung Faida (Bagian 3)

“Siapa suruh jadi Relawan?” Ini kalimat Faida Penyebab Bang Safa, Pendiri Laskar Dhuafa Berbalik Arah

JEMBER, IndonesiaPos – Satu lagi pendukung bupati Faida yang menyatakan diri keluar dari barisan pendukung bupati perempuan tersebut karena sifat dan kebijakannya yang dianggap menyakiti hati pendukungnya.

Bang Safa, pria yang kerap menjadi salah seorang “pengawal” Bupati Faida saat kampanye hingga menduduki jabatan sebagai bupati terpilih. Dialah pula yang pada awal pemerintahan Faida menjadi viral saat dirinya diberitakan oleh sejumlah media pada saat itu menjadi orang yang siap menghadapi resiko berhadap-hadapan langsung melawan kelompok kritis Faida yang akan melaksanakan demo besar besara n.

Namun sejalan dengan waktu, 2 tahun terakhir, pria keturunan Arab tersebut dengan tegas menyatakan diri keluar dari barisan pendukung Faida.

Kepada IndonesiaPos dirinya menceritakan aktifitasnya  dalam mendukung bupati Faida. Mulai awal bergerak  dirinya membentuk sebuah wadah yg diberi nama Laskar  dhuafa. “Dengan wadah ini kami bergerak membentuk koordinaator ditiap-tiap kecamatan dengan melakukan sosialisasi,” kenangnya.

Setelah dilantik menjadi bupati lanjut Safa,  ia membentuk elemen pengamanan kegiatan  FOKUS SENTRY yang mempunyai peran membantu pengawalan bupati dari sipil. Dan itu berjalan selama 2 tahun.

BACA JUGA : Eksodus Mantan Pendukung Faida, Inilah Alasan Gus Saif Tak Lagi Mendukung Faida. (Bagian-1)

Meski banyak hambatan dan rintangan serta suka duka dalam mengawal bupati Faida, namun dirinya tetap fokus pada tujuan awalnya yaitu ingin adanya perubahan. Namun sayang harapan tinggal harapan. Setelah sekian tahun berjalan, akhirnya dia dengan terpaksa keluar dari pendukung bupati dengan beberapa alasan

“Alasan saya keluar dari barisan pendukung Faida antara lain program yg dijanjikan saat kampanye yang langsung menyentuh masyarakat seperti warung berjejaring sampai detik ini tidak direalisisasi,”ujarnya.

Belum lagi masalah reformasi birokrasi yang akan menempatkan orang-orang sesuai dengan kemampuannya ternyata
tidak dilakukannya, ” Faida justru mengangkat orang-orang yang notabenennya adalah musuh politiknya tetapi justru menempati posisi strategis,” kilahnya.

BACA JUGA : Eksodus Mantan Pendukung Faida (Bagian 2)

Selain itu lanjut Safa, huhungan antara pemerintah dengan DPRD tambah lama tambah gak jelas yang pastinya berdampak pada mandeknya pembangunan diJember.  Dan ini sangat berdampak terhadap perekomian masyarakat.
Namun yang paling menyakitkan hati dan sangat melecehkan dirinya sebagai salah seorang relawan adalah saat dia mendengar sendiri satu kalimat yang disampaikan Faida kepadanya langsung, “siapa suruh jadi relawan,” tegasnya dengan wajah geram.

Dan inilah yang menjadikan cambuk bagi dirunya untuk membuktikan bahwa relawan itu ada dan bisa berbuat banyak.

Realita diatas menurut Safa didorong oleh sifat ego seorang Faida yang dianggapnya tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, merasa paling bisa dan paling pintar serta suka meremehkan orang lain.

“Kami sebagai salah satu mantan relawan merasakan bahwa apa yang dilakukan Faida sebagai Bupati sudah diluar kewajaran sebagai seorang pemimpin daerah, “katanya.

Seharusnya seorang pemimpin harus bisa mengayomi serta mensejahterakan semua pihak, profesional dan tidak egois. Jika ini terus dilakukan maka berapa banyak lagi sakit hati yang dirasakan masyarakat,  khususnya bagi relawan yang telah berjuang menjadikannya sebagai bupati namun justru dianggapnya seolah-olah orang yang selalu merecoki dan tidak penting.(Why)

BERITA TERKINI

IndonesiaPos