JAKARTA, IndonesiaPos
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kembali bicara blak-blakan soal buruknya tata kelola PT Pertamina (Persero).
Bahkan, Ahok sempat mengungkapkan kekesalannya karena perusahaan minyak nasional tersebut terus menambah utang.
Ahok mengaku sering geleng-geleng kepala dengan berbagai kebijakan direksi Pertamina atas keputusan bisnis yang sering kali tak masuk akal dalam kalkulasi bisnis. Akibatnya, Pertamina harus menanggung utang dengan jumlahnya cukup besar.
Dia mencontohkan kebijakan manajemen Pertamina yang rajin mengakuisisi sumur minyak di luar negeri. Pembelian ladang minyak dilakukan dengan utang.
“Sudah ngutang 16 miliar dollar AS, tiap kali otaknya pinjam duit terus, saya sudah kesal ini. Pinjam duit terus, mau akuisisi terus,” kata Ahok, dikutip dari tayangan yang diunggah akun YouTube POIN dan dilihat pada Rabu (16/9/2020).
Ahok juga mengungkapkan, selain secara hitungan bisnis kurang menguntungkan, Pertamina sebaiknya fokus pada eksplorasi ladang minyak dalam negeri.
“Saya bilang tidak berpikir untuk eksplorasi, kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak, punya gas. Ngapain di luar negeri? Ini jangan-jangan ada komisi ini, beli-beli minyak ini,” ucap Ahok.
Lantas, seberapa besar utang Pertamina ?
Berdasarkan laporan keuangan Pertamina per 30 Juni 2020 yang belum diaudit, perusahaan minyak tersebut memiliki utang sebesar US$40,56 miliar atau setara Rp602,43 triliun. Jumlah tersebut naik 13,1 persen dari US$35,86 miliar pada akhir tahun lalu.
Utang tersebut terdiri dari utang jangka pendek sebesra US$13,14 miliar atau Rp195,12 triliun dan utang jangka panjang sebanyak US$27,42 miliar atau Rp407,18 triliun.
Utang jangka pendek tersebut, naik 8,05 persen dari US$12,16 miliar dan utang jangka panjang meningkat 15,69 persen dari US$23,7 miliar.
Utang jangka pendek terdiri dari pinjaman jangka pendek sebanyak US$2,14 miliar, utang usaha sebesar US$3 miliar, utang pemerintah US$1,17 miliar, utang pajak US$719,9 juta, beban akrual US$2,65 miliar, utang obligasi US$391,37 juta, dan beberapa utang lainnya.
Sementara utang jangka panjang terdiri dari utang pemerintah sebanyak US$783,31 juta, utang obligasi sebesar US$14,56 miliar, liabilitas pajak tangguhan US$3,66 miliar, dan beberapa utang lainnya