JEMBER – IndonesiaPos
Paska pemberitaan atap ruang guru SDN 2 Klompangan, Kecamatan Ajung ambruk yang tidak diketahui oleh Camat Ajung dan Kadispendik Jember, Kepala Sekolah Nurul Laeli malah seperti ketakutan untuk menjawab pertanyaan wartawan.
“Saya sudah melaporkan ini ke Dinas Pendidikan (Jember), bahkan pagi tadi jam 7 saya sudah dipanggil ke sana. Nanti kalau mau konfirmasi segala informasinya, kata Pak Kepala Dinas langsung ke beliaunya,” kata Nurul saat dikonfirmasi wartawan di ruang kerjanya, Jumat (29/5/2020).
Nurul menyampaikan, bahwa terkait kejadian ambruknya ruang guru sudah dijelaskan semua ke kepala dinas. Termasuk segala barang-barang dan alat-alat mengajar yang ada di ruangan tersebut, juga tampak sudah diamankan di ruangannya.
“Maaf saya tidak bisa memberikan informasi apapun,” katanya.
BACA JUGA : SDN Klompangan 2 Jember Ambruk, Camat dan Kadinas Mengaku Belum Tahu
Beruntung dalam peristiwa itu sekolah sedang diliburkan karena pandemik Covid-19, sehingga tidak ada korban jiwa.
Pantauan IndonesiaPos di lokasi sekolah tersebut, tampak atap ruang guru yang ambruk mulai dibersihkan puing-puingnya oleh sejumlah orang. Bahkan tampak juga petugas yang menggunakan rompi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember mengawasi proses pembersihan atap yang ambruk itu.
Sementara itu di ruang Kepala SDN 2 Klompangan, Kepala Sekolah Nurul Laeli, sedang melakukan pertemuan dengan Kepala Bidang Sekolah Dasar (Kabid SD) Dispendik Jember Sri Kantono, dan salah seorang stafnya. Dalam pertemuan tersebut, diketahui staf Dispendik mencatat laporan perihal kejadian ambruknya ruang guru di sekolah tersebut.
Terkait kapan kejadian pasti ambruknya atap ruangan guru itu, pukul berapa dan hari apa? “Sudah dilaporkan tadi ke Dinas, monggo jenengan ke sana,” sambungnya.
Senada dengan yang disampaikan Nurul, Kabid SD Dispendik Jember Sri Kantono juga menyampaikan bahwa Dispendik sudah menerima laporan ambruknya atap ruangan guru tersebut.
“Karena anu mas, ini sudah digaris. Konfirmasi apapun langsung ke kepala dinas (pendidikan). Bahkan ini juga ada dari BPBD (untuk penanganan), juga konfirmasinya semua ke kepala dinas,” tegasnya.
“Jadi ngapunten (maaf, red) tidak bisa memberikan jawaban apapun,” sambungnya.
Kesulitan mendapatkan informasi dari pihak sekolah dan pejabat Dinas Pendidikan yang ada dilokasi, IndonesiaPos menemui warga sekitar, seorang pria bernama Munir yang tinggal disebelah sekolah tersebut.
“Pokok sebelumnya hari raya, pastinya kapan, maaf saya lupa! Saya tahunya pagi hari Sabtu (23/5/2020) sudah ambruk,” kata pria yang tetangga gedung sekolah itu.
Sejak mewabahnya Virus Corona, sekolah tersebut telah lama libur dan tidak ada kegiatan apapun. “Tapi kalau soal atap ruangan itu memang sudah lama kelihatan melengkung mau ambruk. Pastinya kapan, sudah bulanan. Saat itu warga sini juga sudah memberi tahu pihak sekolah. Karena khawatir kalau ambruk kena warga juga. Kan posisi bangunan itu belakangnya jalan setapak yang sering dilewati warga,” jelasnya.
Terpisah, dubungi lewat handphonenya, Itqon Syauqi, politisi muda PKB yang baru pertama kalinya terpilih sebagai anggota dewan periode 2019-2024 dan langsung terpilih sebagai Ketua DPRD ini terkesan marah ketika mendengar kabar tentang kebijakan tutup mulut oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.
“Saya menangkap kesan apa yang dilakukan oleh kepala dinas pendidikan ini sudah pembungkaman. Ini bentuk kesemena-menaan, bentuk penyalahgunaan kekuasaan, abuse of power” ujarnya.
“Negara ini mendelegasikan kekuasaan kepada pemimpin itu dalam rangka melindungi aspirasi rakyat nya bukan membungkam mulut mereka. Ini otoriter” sambung Itqon.
“Saya menangkap benih benih embrio otoritarianisme sudah mulai marak di Jember. Seorang kepala sekolah mau ngasih statmen aja sampai ketakutan” sesalnya diseberang telpon.
Itqon kemudian seolah ingin suaranya terdengar oleh Kepala Dinas Pendidikan,
“Jadi tolong pahami bahwa hakikat kekuasaan dalam demokrasi itu untuk mempercepat kebijakan dalam rangka mensejahterakan rakyat” tegasnya.
“Hakikat kekuasaan aja gak paham.Giliran di undang DPRD tidak pernah datang. Tolong jangan di terus teruskan. Ini bisa mencederai sistim demokrasi kita” pungkas Itqon. (Kus)