JEMBER, IndonesiaPos – Belum terbayarnya proyek wastafel hingga 2 tahun oleh pihak pemkab Jember berdampak pada perekonomian sejumlah rekanan Jember. Imbasnya banyak diantara mereka yang akhirnya beralih profesi.
Mrj, salah seorang rekanan korban terdampak belum terbayarnya wastafel kini harus rela mengerjakan borongan bangunan milik perorangan dengan sistem meminta uang terlebih dahulu kepada pemilik bangunan.
Jika sebelumnya ia menggunakan dana pribadi dulu pada awalnya dalam mengerjakan proyek milik perorangan, kini ia hanya mengandalkan dana dari orang yang minta dikerjakan bangunannya.
” Saya mengerjakan sesuai dengan ketersediaan anggaran yang bersangkutan. Jika ada dana ya saya kerjakan, jika tidak ada dana yang terpaksa harus berhenti dulu,”ujarnya.
Itupun menurut Mrj,kadang angggaran yang sudah tersedia dia putar untuk kepentingan lainnnya. Kalau tidak dirinya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Awalnya Mrj yakin bahwa proyek wastafel yang dia kerjakan bisa terbayarkan , namun karena ruwetnya birokrasi serta tidak ada itikad baik dari semua pihak. Dampaknya ia harus merelakan barang miliknya dijual untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga. Selain itu dirinya juga harus menanggung beban bunga bank karena dana yang digunakan untuk mengerjakan proyek wastafel tersebut ia peroleh dari kredit di bank.
Selain Mrj, Jkg salah seorang rekanan korban wastafel juga mengalami nasib yang sama. Menurut informasi sesama rekanan, JKg kini harus rela berganti haluan menjadi penjual kopi. Aktifitas ini ia lakukan karena mengalami pailit. JKg sendiri merupakan rekanan senior yang sudah menggeluti profesi ini puluhan tahun lamanya yang akhirnya harus bangkrut karena belum terbayarnya proyek wastafel tersebut.
PT BTN Tbk Tanggapi Berita SHM Milik Warga Perumahan Griya Mangli Tak Kunjung Terbit. Ini Jawabannya
Sementara itu pihak pemkab Jember sendiri untuk tahun 2022 ini hanya menganggarkan dana Rp.1,5 milyar dari Rp.30 milyar dana yang menjadi piutang pihak pemkab Jember kepada rekanan.(Kik)