<

Desa Kupang Pakem Gelar Selamatan Desa dan Istighosah

KH Ubaidillah Nur Cholil, Pengasuh Ponpes Nurul Cholil Poncogati Curahdami

BONDOWOSO, IndonesiaPos

Kabupaten Bondowoso yang dikenal dengan Bondowoso megalitikum dan desa wisata, tapi ada nuansa adat dan budaya ritual selamatan desa. Seperti yang dilakukan sejumlah desa di Kabupaten Bondowoso, dan salah satunya Desa Kupang Kecamatan Pekem.

Tradisi selamatan desa sudah menjadi agenda rutin sejak zaman nenek moyang untuk mengadakan agenda ritual selametan desa, punden dibarengi dengan tayuban hingga budaya tabbuan. Momen ini menjadi hal menarik yang ditunggu-tunggu masyarakat ketika selamatan desa.

Anggota DPRD Bondowoso, Bambang Suwito, mengemukakan, puluhan tahun yang prosesi selamatan Desa Kupang biasanya diawali dengan melakukan kirab tumpeng. Dilanjutkan dengan melakukan ritual. Namun, dijaman yang sudah moderen ini budaya seperti itu sudah tidak dilakukan lagi.

“Sekarang dirubah dengan acara pengajian, istighosah dan doa bersama dengan mendatangkan ulamak atau Kiyai untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat,”kata mantan Kepala Desa Kupang ini.

Namun demikian, setiap selamatan desa acara ritual tidak sepenuhnya hilang, akan tetapi masih ada, seperti melakukan ritual persembahan kepada pendiri desa atau yang telah melakukan babat alas sehingga menjadi Desa. Dalam ritual tersebut dilakukan dengan membaca doa menyantap makanan bersama.

“Makanan itu berupa tumpengan, dan  tarian yang menjadi daya tarik tersendiri, dan ini sebagai tanda penghormatan ke yang bedah kerawang atau babat alas di desa ini,” sambungnya.

Selain itu, berbagai makanan disajikan yang merupakan simbol dari sedekah bumi. antara lain, pisang, jeruk, onde-onde, krupuk, tape hitam, polo pendem (ubi jalar, ubi ungu, ubi merah, ubi cokelat, talas, jagung dan kacang tanah.

“Tapi itu budaya jaman dulu, dan sebetulnya kalau tradisi itu dipake malah lebih bagus, karena tidak menghilangkan budaya asli Indonesia,”imbuhnya.

Sementara itu, KH Ubadillah Nur Cholil, dalam ceramahnya mengajak semua masyarakat desa Kupang untuk melestarikan budaya Indonesia yang sudah turun temurun, dan budaya seperti ini setiap tahun harus dilakukan dan tidak boleh luntur. Selain itu juga sebagai wujud syukur nikmat penghidupan.

Dengan bertambahnya usia, tentu kita sangat berharap masyarakat Desa Kupang lebih sejahtera, guyub dan rukun,”kata Pengusuh Ponpes Nur Cholil Poncogati ini.

BERITA TERKINI