JEMBER, IndonesiaPos – Sindiran yang dilontarkan politisi Nasdem, David Handoko Seto kepada pejabat di lingkungan pemkab Jember saat sidang paripurna pembahasan LKPJ Senin, (8/6/2020) pekan lalu menjadi polemik berkepanjangan. Beberapa media memberitakannya dari sudut pandang yang dianggap tendensius dan terkesan membelokkan opini dari subtansi persoalan yang disampaikan David tersebut.
Indriati, politisi perempuan yang juga anggota dewan dari partai PDI Perjuangan justru mendukung apa yang disampaikan temannya sesama anggota dewan.
” Kritik mas David di paripurna LKPJ kapan hari itu kan tidak khusus ditujukan kepada perempuan saja. Mas David nyebut nama kok, dia nyebut saudari Peny kepala BKPAD juga nyebut Yessi kepala Dinas PUBM & SDA, kenapa kok KPI atas nama lembaga yang kebakaran jenggot? Dia kan juga mengkritik pejabat lainnya termasuk juga nyebut nyebut pejabat gundul” ujarnya saat ia bersama anggota dewan perempuan lainnya Retno dan Hariati. Ketiganya ditemui IndonesiaPos sabtu 20 Juni 2020 di salah satu tempat kuliner diseputaran kampus tegal boto.
” Mas David itu menyindir semua pejabat yang tidak berani menghadiri undangan dewan. Itu artinya, kritik itu samasekali tidak ada kaitannya dengan masalah gender” sambungnya.
“Gak fair kalau melihatnya hanya sepotong sepotong. Tendensius itu. Atau jangan jangan KPI sudah tidak independen” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh politisi perempuan lainnya. Suhariati legislator Partai Gerindra ini menyayangkan penggiringan opini pada persoalan gender yang kemudian menjauh dari substansi persoalan yang harusnya menjadi perhatian bagi masyarakat jember.
” Kok masalahnya jadi bergeser ke persoalan gender, yang disampaikan mas David itu fakta bukan hoax. Sebagai anggota dewan perempuan, diantara mayoritas anggota dewan laki laki, saya tidak pernah merasakan ada sentimen gender di tubuh dewan. Bahkan di DPRD Jember sangat menjunjung tinggi tentang pengarusutamaan gender. Kami yang perempuan, semuanya enjoy. Bahkan ketika mas David menyampaikan itu di paripurna, kami tidak merasa ucapan tersebut menyinggung kami yang perempuan” ujarnya.
“Konteksnya tentang kinerja pemerintah daerah dibawah kendali Bupati Faida yang kami anggap melecehkan keberadaan DPRD. Kemudian diperparah dengan sikap pejabat pejabat Pemkab, baik yang laki laki maupun perempuan, yang tidak pernah mau menghadiri rapat rapat dengan dewan. Itu saja sebetulnya” terang Suhariati yang diamini oleh dua teman perempuan anggota dewan lainnya.
Ketiganya, justru memberikan dukungan kepada David Handoko Seto baik secara moril maupun kelembagaan.
“Lha kalau ada pihak pihak yang merasa di rugikan atas statemen mas David, lebih baik mereka berkirim surat resmi ke kantor minta audiensi, bukan malah membuat berita tandingan yang justru menurut saya itu malah melecehkan keberadaan kaum perempuan”, tukas Retno.
Lebih lanjut Retno, politisi Nasdem ini juga menyayangkan penyataan salah satu aktifis perempuan yang mengatasnamakan lembaga KPI.
” Kemana mereka saat pilleg kemarin. Saat bupati melecehkan para caleg dan anggota dewan yang pastinya juga banyak perempuannya. Kok mereka diam saja? Harus fair dong. Kalau aktifis perempuan mau audiensi ke kantor, monggo kami tunggu”, tutup Retno
Sebelumnya, beberapa media telah memberitakan tentang adanya protes dari kelompok perempuan terhadap salah satu frasa dari kalimat panjang yang disampaikan oleh David di forum Paripurna yang dianggap menyinggung perempuan.
“Pejabat-pejabat perempuan yang tidak bisa memberikan statement di kantor rakyat, mulai besok pakai cuwek dan wajan saja, masak di dapur,” kata David kala itu
David sendiri kepada IndonesiaPos menjawab tanpa beban ketika dirinya di pojokkan oleh aktifis perempuan melalui pemberitaan dibeberapa media tersebut.
“Salahnya di mana? Kenapa mereka tersinggung? Seharusnya sebagai aktifis perempuan justru mereka menanyakan kepada Yessi dan Penny, kenapa ada anggota dewan yang melempar kritik seperti itu? bahwa pejabat itu adalah pelayan rakyat, di bayar pakai uang rakyat, sudah seharusnyalah kalau mereka di panggil dewan hadir dan memberikan informasi serta keterangan resmi. Kenapa para aktifis tidak menanyakan kepada para pejabat perempuan itu? Bahkan semestinya mereka juga bertanya kepada bupati Faida yang juga perempuan, kenapa para pejabat itu dilarang untuk datang ke kantor DPRD yg merupakan representasi perwakilan rakyat Jember?”, tutur David enteng.
Ketua komisi C dari Partai NasDem itu juga mengatakan, bahwa jika masih ada yang keberatan dengan statemennya di persilahkan untuk datang dan audiensi di kantor DPRD. (Kus*)