<

Donald Trump Siap Perang Lawan China, Jika Ekonomi AS Terus Merugi

Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

JAKARTA, IndonesiaPos.co.id

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dia akan berhadapan dengan China terkait dengan isu perdagangan yang menjerat keduanya. Bahkan jika hal ini akan menyebabkan kerugian jangka pendek pada ekonomi AS.

Komentar Trump yang sangat keras disampaikan beberapa jam sebelum pemerintahnya mengumumkan persetujuan penjualan pesawat tempur F-16 senilai US$8 miliar ke Taiwan, sebuah langkah untuk memicu kemarahan Beijing dan prospek yang lebih suram untuk kesepakatan perdagangan.

Pada Senin (19/8), Wakil Presiden Mike Pence juga mengeluarkan pernyataan yang sensitif terhadap China, di mana dia menyerukan Beijing agar menghormati integritas undang-undang dalam menanggapi protes massa yang terjadi di Hong Kong.

“Seseorang harus berhadapan dengan China. Ini sesuatu yang harus dilakukan, bedanya saya yang akan melakukannya,” ujar Trump seperti dikutip melalui Reuters, Rabu (21/8/2019).

Trump mengklaim bahwa China telah merugikan AS selama 25 tahun terakhir dan sudah saatnya Washington bertindak meskipun akan berdampak pada negara dalam jangka pendek atau panjang.

Kementerian Luar Negeri China tampaknya tidak mengambil pusing soal komentar tersebut.

“Isu perbedaan dalam masalah perdagangan yang dialami kedua negara bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Kuncinya adalah menyelesaikan masalah melalui dialog,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.

Tarif Trump dan ancaman yang akan datang lainnya telah mengguncang pasar global dan investor akibat ketidakpastian yang disebabkan oleh perselisihan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia selama hampir dua tahun terakhir.

Tumbuhnya kekhawatiran bahwa perang perdagangan dapat memicu kemungkinan resesi AS membebani pasar keuangan pekan lalu dan tampaknya membuat pejabat pemerintah cemas tentang apakah ekonomi akan bertahan hingga pemilihan presiden November 2020.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa pejabat AS dan China diagendakan untuk melakukan perbincangan melalui telepon tentang sengketa perdagangan sepanjang pekan depan, selama 10 hari, diikuti dengan kemungkinan pertemuan langsung.

Namun, para pakar perdagangan mengatakan prospek negosiasi yang produktif saat ini dibayangi oleh sikap Washington yang semakin agresif terhadap China, termasuk penjualan senjata ke Taiwan dan bahasa yang semakin sulit di Hong Kong.

Dalam perkembangan lain, Komisi Perdagangan Internasional AS mengatakan pihaknya telah menemukan bahwa impor rak baja bersubsidi dari China telah menyebabkan kerugian material terhadap industri AS.

Departemen Perdagangan bulan lalu menyampaikan bahwa pihaknya telah menyimpulkan bahwa eksportir dari China telah menjual rak baja dan suku cadang lebih rendah dari nilai wajar, dengan total impor dari China untuk produk-produk tersebut berjumlah sekitar US$200 juta pada tahun 2017.(bisnis.com)

BERITA TERKINI