<

Eksodus Mantan Pendukung Bupati Faida (Bagian ke 4)

Risih Mendengar Warga Tagih Janji Kampanye Tak kunjung Terrealisir, Agus Kecap Putuskan Keluar Dari Barisan Faida

JEMBER, IndonesiaPos – Satu persatu pendukung Faida keluar dari barisan. Orang-orang yang dulunya rela mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya demi meraih mimpi perubahan, yang dulunya penuh semangat membantu Faida dalam proses pencalonannya sebagai calon bupati hingga dilantik sebagai Bupati Jember, satu persatu memproklamirkan diri keluar dari barisan pendukung Faida. 

Sebelumnya, IndonesiaPos telah memberitakan hal yang sama, berturut-turut mulai Gus Saif, Ribut Supriadi, dan Bang Syafa. Kali ini, Agus Harianto atau lebih dikenal dengan panggilan Agus Kecap, salah seorang kader militan dari salah satu partai politik pengusung Faida kala itu, juga ikut keluar dari barisan pendukung bupati sejak sekitar 3 tahun terakhir. 

Kepada Indonesiapos, Senin 6 Juli 2020,  Agus mengakui rasa kecewanya kepada Faida karena ia merasakan imbas dari Janji Manis Faida saat masih mencalonkan menjadi bupati. 

Baca Juga : Ekosodus Mantan Pendukung Faida (Bagian 3)
Baca Juga : Eksodus Mantan Pendukung Faida (Bagian 2)
Baca Juga : Eksodus Mantan Pendukung Faida, Inilah Alasan Gus Saif Tak Lagi Mendukung Faida. (Bagian-1)

Kala itu menurut Agus, ia ingat betul, setiap kampanye, terutama disekitar daerah tempat tinggalnya, Faida selalu bilang bahwa untuk segala sesuatu yang berkenaan dengan pemenuhan keinginan masyarakat, jika kelak menjadi bupati, diminta agar berkoordinasi dengan Agus Kecap. 

” Imbas dari Janji manis itu, banyak warga, khususnya yang berada disekitar rumah, nagih janji bupatinya ke saya, “ungkapnya. 

Padahal, hingga akhirnya ia keluar dari barisan pendukung bupati Faida, tidak ada realisasi janji-janji tersebut. Kalaupun ada, tetapi tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan saat kampanye dulu. 

” Saya selalu menjadi tumpuan dari warga setiap kali bertemu. Mereka selalu menanyakan mana janjinya bupati, “lanjutnya. 

Menurutnya, wajar jika warga bertanya tentang hal tersebut, karena hal itu pernah diucapkan langsung oleh Faida kala itu didepan warga.

“Akibat pertanyaan yang sering diutarakan warga itulah yang membuat saya merasa tidak nyaman. Bahkan saya harus menanggung beban moral yang berimbas pada kehidupan pribadi saya, “ungkapnya. 

Sebagai salah satu contoh ujar Agus, setiap membeli sesuatu untuk kebutuhan rumah tangganya, selalu ia lakukan secara diam-diam. ” Biasanya kalau beli barang, seperti televisi misalnya, saya risih kalau sampai terlihat warga, saya bawa dengan sembunyi-sembunyi pada malam hari. Saya merasa nggak enak, karena nanti anggapan warga saya sudah dapat banyak dari Faida, tapi tidak diberikan kepada mereka,” sambungnya. 

Belum lagi janji kepada partai yang diusungnya seringkali tidak tepat. Bahkan ada kesan disia-siakan. Padahal menurut Agus, partainyalah yang mengusung Faida hingga bisa maju dan menjabat menjadi bupati pada pilkada 2015 silam. 

Disamping karena persoalan persolan lainnya, alasan beban moral imbas janji Faida itulah yang akhirnya mebulatkan tekatnya untuk secara tegas keluar dari barisan pendukung Faida dan secara terang-terangan, ia menyampaikan kepada warga bahwa dirinya bukan lagi sebagai pendukung bupati Faida.

Sekian bulan terakhir, Agus terlihat lebih aktif sebagai Panglima Banteng Jawara, orgnisasi massa yang dibentuknya untuk mengakomodir teman-temanya yang tidak terakomodir baik oleh bupati Faida maupun oleh partainya. 

Dengan aktivitas politiknya sekarang, ia merasa bisa lebih enjoy dan tidak lagi terkekang oleh beban moral kepada warga atas janji manis bupati Faida. (Why)

BERITA TERKINI