<

Eksodus Mantan Pendukung Faida (Bagian 2)

Dianggap Bupati Otoriter, Pegiat Sosial Ex Pendulang Suara Faida di 2015 Berbalik Kritisi Bupati

JEMBER, IndonesiaPos Sejarah perjuangan dan eksistensi Ribut Supriyadi, mantan anggota Generasi Merah Putih (GMP) untuk mendukung dr. Faida pada awal kampanye pilkada 2015 lalu tidak diragukan lagi.

Pria milenial ini telah banyak menyumbangkan kreasi maupun dukungan moral dalam upayanya mencari pemimpin perubahan yang kala itu didengungkan oleh Faida.

Dengan harapan ada perubahan di segala bidang di kabupaten Jember ternyata jauh dari harapannya. Ribut yang kesehariannya beraktifitas sebagai pegiat sosial ini ternyata tidak mendapatkan apa yang diimpikannya dari seorang Faida yang kini menjabat sebagai bupati Jember.

Justru ia merasakan pola pemerintahan yang dibangun Faida lebih pada pemerintahan yang egosentralistis. Kepada IndonesiaPos ia mengungkapkan rasa kecewanya terhadap bupati yang didukungnya.

Baginya, kebijakan bupati Faida telah jauh menyimpang dari harapan adanya sebuah perubahan. ” Dari awal saya berharap dengan Slogan Jember Baru Jember Bersatu yang didengungkan Faida bisa mengayomi serta merangkul semua pihak, “ujarnya.

Namun kenyataannya menurut Ribut, Slogan itu hanya menjadikan Bupati Faida mempersatukan “kepentingan” dirinya sendiri dan kelompoknya saja.

“Betapa tidak, seharusnya setelah menjadi bupati, dirinya harus bisa merangkul berbagai pihak, namun kenyataannya terlalu banyak kesenjangan dalam kebijakannya,” tegasnya.

“Sikap egosentral yang diterapkannya menjadikan dirinya sebagai penguasa tunggal yang tidak mau direcoki dengan berbagai urusan yang berbenturan dengannya. Bahkan dengan lembaga legislatifpun tidak mau mengalah meski itu demi rakyat.” ujar Ribut.

Sikap inilah yang jadi alasannya untuk keluar dari barisan pendukung Faida. Ia merasa bersalah kepada orang-orang disekelilingnya yang merasakan “pahitnya” rezim pemerintahan ini,  baik dari segi ekonomi, sosial, politik maupun pembanguanan.

Padahal sejak awal ia berharap tidak ada lagi kelompok yang kalah maupun yang menang,  atau kelompok yang mendukung ataupun tidak mendukung, semuanya harus dirangkul dalam satu barisan demi rakyat jember.

Belum lagi dengan masalah “janji-janji” yang selalu diucapkan, kenyataannya banyak yang meleset. ” Menurut saya, gak usah janji jika meleset apalagi janji-janji yang bersifat pencitraan, itu hanya membuat sakit hati bagi masyarakat yang dijanjikan, “katanya.

Karena itulah akhirnya ia rela keluar dari barisan pendukung Faida dengan segala konsekuensi yang diterimnya.  Bahkan dari pantauan Indonesiapos, tiga tahun terakhir Ribut sering terlihat melakukan aktifitas untuk menyikapi kebijakan bupati Faida,  termasuk selalu aktif dalam setiap demo yang ditujukan untuk mengkritisi kebijakan bupati yang menurutnya sangat “otoriter”.

BACA JUGA : Eksodus Mantan Pendukung Faida, Inilah Alasan Gus Saif Tak Lagi Mendukung Faida. (Bagian-1)

Salah satu bukti langkah seriusnya benar benar tak lagi mendukung Faida, ia berani melapor ke Polda Jatim awal 2019 tentang dugaan pelanggaran oleh Caleg DPRI dari Partai Nasdem yang tak lain adalah suami Faida (dr.Abdul Rochim) yang dalam salah satu kegiatan kampanyenya dengan cara mendistribusikan dokumen kependudukan.  Namun sayangnya sampai sekarang, meski sempat dilakukan pemeriksaan di Polres Jember,  laporannya belum ditindak lanjuti oleh Polda Jatim.

Ribut yang sekarang juga bergabung dengan JAPER (Jaringan Pemilih Rasional), sebuah komunitas yang mencermati penyelenggaraan Pilkada, malah telah melaporkan beberapa Camat dan Kades yang kedapatan mengkampanyekan Faida pada Bawaslu. Dari laporannya, atas rekomendasi Bawaslu kepada KASN, kemudin Camat Tanggul Ghozali divonis bersalah melanggar netralitas PNS oleh KASN. Tak berhenti disitu, ia juga terpantau mengawal kasus penyimpangan RTLH disejumlah wilayah. (Why)

BERITA TERKINI