JOMBANG – IndonesiaPos
Tradisi warisan leluhur, bakar hio, kemenyan, sesajen, ke makam, ke punden, jika niatnya tidak meminta kepada selain Allah maka jauh dari kemusyrikan.
Para leluhur zaman dahulu sudah akrab dengan makhluk lain. Bahkan sebagai penghormatan mereka sudah saling sapa dan tidak saling menyakiti.
Konsepsi keseimbangan ini sudah dipertahankan sejak zaman dahulu, sehingga jarang sekali terjadi bencana.
Melalui Ki Purwa Heritage Festival (KPHF) 2024 adalah karya pagelaran seni yang akrab dengan lingkungan, menjaga keseimbangan alam. Mencintai alam dan menjaga keseimbangan alam atau ecosufisme.
Seperti yang ditegaskan oleh salah satu keluarga Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang Drs Ainurrofiiq biasa disapa Gus Rofiq, memberi tausiyah di acara malam full religi di ajang KPHF 2024 ke-8 yakni, Jumat.
Menurut Gus Rofik, tradisi leluhur menunjukkan bahwa pada zaman dahulu sudah akrab dengan makhluk selain manusia. Semisal tanaman, batu, air, sungai, kolam, dan bahkan sampai makhluk lain, yakni jin, dedemit, menjaga tempat yang keramatkan. Namun tidak mengabdi atau menjadi budak jin.
Mereka biasanya berteman dengan jin. Sehingga i disebut kepedulian akan alam sekitar dan lingkungan. Selama makhluk itu tidak mengganggu maka tidak elok juga jika dimusuhi.
“Bisa dijadikan teman. Karena jin itu sama-sama makhluk Allah. Tak sedikit kiai yang punya teman sejumlah jin, itu tidak masalah apalagi tidak mereduksi keimanan,” ujarnya.
Kiai muda yang mengaku pernah “tersesat” di HTI ini mengatakan, justru orang yang sering mengkafirkan orang lain itulah yang justru menuruti kemauan jin. Setelah sadar, gus muda penasehat PSNU Pagar Nusa ini, keluar dari HTI dan tidak mudah mengkafirkan orang lain.
“Kalau urusan bakar dupa, ziarah makam itu jelas bukan syirik. Justru mereka ke sana mendoakan, dan kirim doa bagi yang telah meninggal,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Pemuda Panji Sekartaji Jati Purwa, Isma Hakim Rahmat mengatakan, festival ini atau KPHF 2024 adalah wujud gerakan peduli lingkungan, gerakan kembali ke alam atau eco sufisme.
“Gerakan eco-sufism, yaitu gerakan peduli lingkungan yang dilakukan untuk alam semesta yang merupakan bagian dari kehidupan kosmis. Karena itu, kelompok kami dapat menyatukan antar diri dan alam sekitar sebagai bagian dari makhluk Tuhan yang saling menjaga secara integrative,”ujar prisa yang akrab disapa Mas Hakim ini.
Gerakan lingkungan itu munurut Mas Hakim, adalah panggilan spiritualitas. Mereka menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan lingkungan berdasarkan semangat dan niliai-nilai spiritualitas Islam.
“Gerakan ekologi dengan pendekatan keseimbangan ini menunjukkan arah baru pemikiran dan praktik konservasi lingkungan di kalangan umat Islam,”ujarnya.
Dijelaskan, Ecosufisme ini menemukan momentum di saat maraknya kajian konservasi lingkungan berbasis syari’ah.
“Irisannya adalah eco-religious, yaitu gerakan konservasi lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama. Pemikir dan aktivis lingkungan melakukan kerja-kerja sosial atas dasar semangat keagamaan,”tukasnya.
“Islam itu agama Rahmatan lil ‘Alamin dan hadir dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih serta lestari demi terwujudnya kemaslahatan umat. Menguri-uri budaya, juga bagian dari itu semua,”tambah pengurus PWI Jatim, jebolan Ponpes Sunan Ampel, Jombang ini.
Rayakan HUT RI ke-77, Pemkab Bondowoso Meriahkan Karnaval Budaya