SUMENAP, IndonesiaPos
Miris, Puskesmas Pasongsongan sebagai pelayan masyarakat dalam memberi layanan kesehatan malah enggan mendukung kegiatan sosial sunatan massal yang dilaksanakam oleh Forum Komunikasi Pemuda Sumenep (FKPS) dan Kangean Peduli Sumenep (KPS)di PPI Pasongsongan.
Kegiatan bhakti sosial khitanan masal yang dilaksanakan pada hari Minggu (22/12/ 2019) kemarin, tak satu tenaga medis dari Puskesmas Pasongsongan, hadir dalam kegiatan tersebut. Panitian menduga Puskesmas Pasongsongan anti kegiatan sosial.
Ketua FKPS Aldy, sebagai pelaksana kegiatan bhakti sosial khitanan massal itu menjelaskan, bahwa pihaknya jauh-jauh hari sudah berkordinasi dan berkirim surat permohonan izin kepada Dinas Kesehatan Sumenep untuk meneruskan kepada Puskesmas Pasongsongan agar turut serta dalam kegiatan sosial tersebut.
“Kami sudah kirim proposal bantuan medis ke Dinas Kesehatan, dan alhamdulillah sudah di Acc. Tapi tidak tahu kenapa Puskesmas Pasongsongan malah enggan membantu kami,” jelasnya kepada IndonesiaPos.
Pernyatan tersebut dikuatkan juga oleh Kepala Desa Pasongsongan, Ach. Saleh Hariyanto, S.Pt menyampaikan kepada IndonesiaPos, bahwa sebenarnya FKPS dan KPS sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Sumenep.
“Alhamdulillah kegiatannya berjalan sukses, meski kami tidak mendapatkan dukungan dari Puskesmas Pasongsongan. Sementara dari Dinas Kesehatan sudah didukung dan di acc, jadi permohonan teman-teman FKPS dan KPS sudah tidak ada masalah,”katanya disela- sela kegiatan berlangsung.
Bahkan menurutnya, jika memang terjadi miss komunikas tidak seharusnya pihak Puskesmas bersikap seperti anti sosial seperti itu.
“Katanya kurang komunikasi, padahal pada waktu tasyakkuran reakreditasi Puskesmas-nya kami sudah menyampaikan dan disitu juga ada pak Agus (Kadis Kesehatan Sumenep),” tuturnya.
Iyan menambahkan, pihak panitia sudah berkordinasi dengan pihak Puskesmas, tapi malah pihak Puskesmas menolak dengan alasan tidak mau dipolitisir.
“Mereka bilang tidak mau, tapi mereka malah meminta logo Puskesmas untuk dimasukkan ke Banner kegiatan sunatan massal ini,”paparnya.
lebih menjengkelkan lagi, kata Iya, pihak puskesmas malah minta Fee per anak yang di sunat kepada panitia.
“Malah mereka (Pihak Puskesmas Pasongsongan, red) minta fee per anak Rp. 60.000. Sehingga target kami 100 peserta kami pangkas menjadi 50 peserta, tapi karena permintaan masyarkat kami tambah higga sekitar 75 peserta,” ungkapnya.
Terungkap dalam percakapan aplikasi WhatApp antara Panitia dan Kepala Puskesmas Pasongsongan, drg. Yeni. Pihak puskesmas jelas meminta logo Puskesmas dipasang pada Banner kegiatan.
“Hebat banget Banner kalian. Kami yang kerja, tapi nama Puskesmas kami pun tidak terpasang di banner kalian. Kami batalkan saja baksos ini,” tulis drg. Yeni dalam percakapan WhatApp-nya.
Sementara pihak panitia menjawab ” Iya ini kita rubah desainnya bu,” tulis panitia sambil membubuhkan permohonan maaf kepada drg. Yeni. Lebih menyakitkan lagi, drg. Yeni selaku Kepala Puskesmas pasongsongan, malah mengancam panitia dengan ancaman akan dilaporkan kepada Kadis Kesehatan Sumenep.
“Tega ya, katanya peduli, masak sama petugas kami tidak peduli, masak itu tidak terpikirkan oleh kalian. Saya laporkan ke Kepala Dinas Kesehatan, dan kepada pak Nur Insan selaku ketua PPNI, bahwa perawat kami tidak dihargai,” ancamnya kepada panitia Bhaksos Sunatan Massal.(Rid/Dyh).