<

Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta Sering Alami Kasus Antraks

JAKARTA, IndonesiaPos

Kabupaten Gunung Kidul di Provinsi Yogyakarta sering mengalami kasus antraks karena pernah dirusak oleh epidemi antraks di masa lalu, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Indonesia mengungkapkan di Jakarta pada hari Jumat.

“Spora anthracis dapat tetap hidup selama bertahun-tahun di tanah dan air yang terkontaminasi,” Direktur Departemen Kesehatan untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Siti Nadia Tarmizi mengatakan mengomentari penyebaran antraks di Kabupaten Gunung Kidul yang telah menginfeksi 27 orang.

Karena fakta bahwa spora tetap laten, daerah yang pernah mengalami wabah antraks puluhan tahun yang lalu, spora anthracis dapat kembali muncul ketika tanah yang terkontaminasi dari situs pemakaman hewan mati dibudidayakan, katanya.

Spora anthracis dapat menempel pada daun dan rumput yang dikonsumsi oleh ternak. Akibatnya, ternak akan terinfeksi oleh penyakit antraks, katanya.

Menurut Siti Nadia Tarmizi, tiga sapi dan enam kambing dilaporkan mati karena antraks di Kabupaten Gunung Kidul sementara, pada 31 Desember 2019, jumlah penduduk lokal yang terinfeksi oleh penyakit ini telah mencapai 27. Salah satunya meninggal meningitis.

Sementara itu, Departemen Kesehatan Indonesia telah mengirim tim khusus untuk memeriksa dan menangani penyebaran antraks di Kecamatan Ponjong dan Semanu di Kabupaten Gunung Kidul.

“Tim saya telah dikerahkan di kabupaten karena spora ada di sana. Kami secara langsung memantau dan memeriksanya,” Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan kepada wartawan di Istana Presiden, Kamis.

Dalam membantu menyembuhkan mereka yang dites positif, kementerian kesehatan menyediakan antibiotik, katanya dan menambahkan bahwa antraks mungkin telah menginfeksi beberapa penduduk yang mengonsumsi daging sapi yang mati.

Pada tanggal 4 Januari 2020, petugas kesehatan menemukan bahwa 600 penduduk di kedua kecamatan tersebut mungkin terkena antraks, dan 78 di antaranya diamati memiliki ciri klinis penyakit ini, Kepala Unit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Sumitro mengatakan, Dinas Kesehatan Gunung Kidul.

Otoritas kesehatan setempat mengirim sampel darah para korban untuk tes. Hasilnya menunjukkan bahwa 27 orang telah dites positif terhadap penyakit ini, katanya.

Warga yang terinfeksi telah diberikan profilaksis antibiotik selama 20 hari, dan diminta untuk menjalani tes darah lagi di fasilitas BBVEt kota Bogor di Provinsi Jawa Barat, kata Sumitro.

Warga yang menderita tanda-tanda umum dan gejala antraks ini hanya diberi antibiotik, katanya, menambahkan bahwa penduduk yang terinfeksi tidak diisolasi karena penyakit itu tidak menular.

“Anthrax adalah penyebab utama kematian pada sapi, domba, kambing, unta, kuda, dan babi di seluruh dunia,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Itu telah menyebabkan kematian pemilik sapi yang terinfeksi karena dia telah mengkonsumsi daging sapi yang mati dan secara teratur membersihkan kandang sapi, Sumitro lebih lanjut mengatakan.

Dalam menghentikan penyebaran penyakit, otoritas kesehatan kabupaten telah berkoordinasi erat dengan orang-orang dari Dinas Pertanian dan Pertanian mengenai program kampanye pendidikan dan kesadaran masyarakat.

“Kami juga telah menyebarkan informasi kepada masyarakat luas yang mendesak mereka untuk memasak semua daging dengan benar, dan tidak mengkonsumsi daging hewan yang sakit,” tambahnya. (ant)

BERITA TERKINI

IndonesiaPos