<

Komisi II DPRD Temukan Dana PT Bogem Mengalir ke Rekening Milik Pribadi

BONDOWOSO, IndonesiaPos

Komisi II DPRD Bondowoso menemukan transaksi mencurigakan terkait aliran dana PT Bondowoso Gemilang (Bogem), saat rapat kerja dengan jajaran direksi perusahaan plat merah tersebut.

Hal itu ditegaskan Wakil Ketua Komisi II DPRD Bondowoso, Ali Mansur M.H, ada kejanggalan dalam keuangan PT Bogem. Komisi II menemukan aliran dana  sebesar Rp 1 miliar lebih mengalir ke rekening pribadibsalah satu direksi.

Menurutnya, yang dilakukan menejemen PT Bogem tersebut adalah perbuatan yang menyimpang dan melanggar hukum.

“Tak boleh dana PT itu ada di rekening pribadi. Apapun alasannya. Buat apa dipindah ke rekening pribadi?” ujarnya Ali Mansur.

Komisi II akan terus berupaya mendalami pengelolaan keuangan di PT Bogem sendiri. Apalagi selama ini kata dia, tidak ada kegiatan. Namun faktanya setelah melihat laporan keuangan milik PT Bogem tidak sesuai dengannya kenyataan dilapangan.

“Saya kaget ketika melihat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan, karena uang itu milik rakyat dan tidak boleh disalah gunakan,”imbuhnya.

Sementara itu, Komisaris PT Bogem, Sumarhum membenarkan kalau ada dana PT Bogem masuk rekening pribadi. Namun, pihaknya mengaku telah menegur Plt Dirut PT Bogem.

“Jawaban Dirut utama begini, bahwa tidak mungkin ada rekening Bogem itu dua pak. Jadi itu rekening penampungan atas nama pribadi. Tapi dipantau terus,”katanya.

Menurutnya, hal itu dilakukan karena untuk memudahkan pembelian kopi, karena pembelian kopi tidak ada hari liburnya.

“Sabtu, Minggu itu kadang ada transaksi. Sementara bank itu hanya layanannya hari Senin sampai Jumat. Itu sulit harus bergerak dari Sumberwringin dan Sukosari. Kalau sewaktu-waktu harus turun ke Bondowoso, ke Bank Jatim,” jelasnya.

Sumarhummengaku, jika sebagian uang perusahaan itu ditransfer ke rekening penampungan. “Kita tetap pantau, keluarnya berapa dan belinya berapa,” jelasnya.

Bahkan Pihaknya juga tidak mengelak  kalau laporan keuangan agak amburadul. Karena masalahnya, pencairan telat. Kemudian dana untuk program ditahan dan hanya dikeluarkan untuk gaji.

“Setelah dana dicairkan harus ikut pelatihan ke Jakarta. Dan ketika mau beli kopi sudah habis. Akhirnya beli dikordinir satu orang,” terangnya.

BERITA TERKINI

IndonesiaPos