<

Melalui SIG V, Kopri PMII Unira Teguhkan Peran Perempuan di Sektor Publik

PAMEKASAN – IndonesiaPos

Di masa lalu, tak banyak perempuan yang berani speak up dan tampil di muka publik. Karena, culture patriarki yang diperankan secara patrimonial, dan  minimnya ruang yang menjembatani aspirasi perempuan, sehingga menjadi musabab lahirnya tindakan-tindakan marginalisasi dan diskriminasi terhadap peran perempuan.

Perempuan yang juga mempunyai hak mengemukakan pendapat, berekspresi dan memimpin, terkesan hanya dipetakan pada ruang-ruang domestik yang keberadaannya sering dianaktirikan.

Namun di era mutakhir ini, ruang yang menjembatani aspirasi perempuan sudah banyak berkembang dan semakin beragam, sehingga apa yang semula menjadi keresahan kaum hawa seperti stereotipe gender, hak berpendidikan dan memimpin, seiring berkembangnya zaman sudah mulai mengempis atau justru terkikis habis.

Tantangan perempuan masa kini bukan lagi berkutat pada persoalan kesetaraan akan tetapi bagaimana kemudian perempuan sanggup dan berani mengambil peran serta memberikan kontribusi nyata dalam terciptanya peradaban.

Anggapan perempuan selalu termarjinalkan sebetulnya hanyalah ungkapan-ungkapan penakut yang bersembunyi di balik bilik kata kesetaraan. Namun, perempuan yang hari ini masih bercokol di persoalan kesetaraan gender terkesan buang-buang waktu dan masih terjebak di arus masa lalu.

Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri  (Kopri) Komisariat Universitas Madura tampaknya melihat dan membaca betul tuntutan serta tantangan zaman yang kian kompleks.

Melalui pelaksanaan Sekolah Islam Gender (SIG) kelima, Kopri PMII Unira ingin meneguhkan dan memperkuat peran perempuan di sektor publik.

Ketua SC  Wiwin Endarwati, menegaskan bahwa perempuan hari ini masih sembunyi-sembunyi dan terkesan belum berani. Padahal menurutnya, hari ini perempuan juga memiliki akses pendidikan, politik dan kelas sosial yang setara.

“Hari ini, kita (perempuan) sudah memiliki akses pendidikan, ekonomi, sosial dan politik yang sama, semuanya sudah setara. Cuma PR besarnya sekarang adalah perempuan itu sendiri yang belum berani dan tidak siap mengambil peran,” tegas Wiwin. Minggu kemarin, (23/02/2025)

Ia juga menegaskan, Kopri PMII Unira berkeinginan kuat melahirkan perempuan yang berani tampil di muka publik.

Pada momentum SIG kelima kali ini, Kopri PMII Unira mengangkat tema, Woman Support Woman  Memperkuat Peran Perempuan di Ranah Publik. Pemilihan tema ini adalah bentuk nyata keinginan Kopri PMII Unira dalam meningkatkan partisipasi dan keikutsertaan perempuan di ranah publik.

”Dengan harapan setelah mengikuti SIG ini, peserta lebih berani mengambil bagian dari setiap proses pengambilan kebijakan publik, imbuhnya.

Sementara Ketua Kopri PMII Unira, Ira Susanty mengatakan, banyak ruang yang telah tersedia untuk perempuan namun pemanfaatannya masih belum diimplementasikan. Padahal perempuan tidak hanya pakem berdaster.

“Kita juga pantas ber almamater atau mengenakan blazer. Harapan saya setalah pelaksanaan SIG ini, Kopri secara khusus lebih berani unjuk diri”ucapnya.

Fyi, Sekolah Islam Gender V (SIG) ini diselenggarakan oleh Kopri PMII Unira dengan teknis tematis, di mana pada kegiatan ini terdapat lima materi yang kompatibel dengan tuntutan dan kebutuhan perempuan masa kini. Acara berlangsung di Gedung Pendopo Budaya Pamekasan sejak tanggal 22-23 Februari,(Herman)

Sofi Indriasari Serap Aspirasi Konstituenya di Desa Wringin

BERITA TERKINI