<

Meski Tetap Pandemi, Mahasiswa Brawijaya Ciptakan Pestisida Organik Dari Batok Kelapa

MALANG, IndonesiaPos

Datangnya pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya untuk berkarya.

Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat, mereka berhasil menyulap limbah batok kelapa di Desa Sutojayan, Kabupaten Blitar menjadi pestisida organik dan pupuk karbon yang kaya manfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Limbah batok kelapa di Desa Sutojayan mencapai 15 ton per-tahun. Semula, batok kelapa di Desa Sutojayan hanya dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan, bahan bakar gamping, bahkan sebagian besar dibuang begitu saja.

Namun, di tangan dingin mahasiswa UB, limbah batok kelapa yang awalnya dipandang sebelah mata berhasil dikembangkan menjadi 2 macam produk pertanian. Yakni pestisida organik yang mereka beri nama asap cair batok kelapa dan pupuk karbon batok kelapa.

“Padahal batok kelapa memiliki kandungan Lignin, selulosa, hemiselulosa dan karbon, dimana jika dimanfaatkan dapat dijadikan bahan baku pembuatan asap cair, dan akan memberikan profit lebih untuk petani Desa Sutojayan,”kata Maulana Ainul Yaqin. Sabtu, (19/9/2020).

Limbah batok kelapa dimanfaatkan sebagai asap cair dengan menggunakan alat pirolisis. Karena menurut Ketua Tim PKM ini, asap cair dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik untuk tanaman dan pupuk karbon dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.

Bersama empat rekannya, A’inul Yaqin kemudian melakukan sosialisasi dan pelatihan online guna memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat.

Kata dia, pembahasannya seputar cara produksi asap cair dan pupuk karbon untuk meningkatkan dan memberdayakan kesejahteraan masyarakat. Melalui sosialisasi dan pelatihan, mereka ingin program Liquid Smoke Batok Kelapa Desa Sutojayan (LIKE-TOK) yang mereka usung dapat menciptakan kelompok tani yang mandiri.

“LIKE-TOK merupakan program sosialisasi dan pelatihan secara bertahap melalui media online untuk menangani masalah limbah organik khususnya batok kelapa di Desa Sutojayan,” paparnya.

A’inul Yaqin berkomitmen akan terus mengawal program LIKE-TOK untuk mencapai peningkatan kesejahteraan dan mengurangi permasalahan limbah Desa Sutojayan. Dengan penjualan produk pestisida asap cair dan pupuk karbon, telah terjadi meningkatan ekonomi masyarakat Desa sebesar Rp 5.519.900 per bulan, disamping juga terjadi pengurangan limbah batok kelapa sebanyak 98,8% setiap bulannya.

“Rencana tahapan berikutnya dari program LIKE-TOK yaitu melakukan penjualan secara online dengan menggunakan e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas, serta bekerja sama dengan toko penjualan bahan pertanian dan dinas pemerintahan terkait,” pungkasnya. (lis)

BERITA TERKINI