IndonesiaPos
Menarik sekaligus penting untuk mencermati di beberapa negara, angka kematiannya sangat kecil akibat virus COVID-19.
Dibandingkan negara lainnya yang justru angka kematiannya sangat tinggi. Misalnya kalau kita bandingkan antara Jerman, Spanyol dan Italia yang sama-sama berada di Benua Eropa. Ternyata menurut Robert Koch Institute – Lembaga Resmi di Jerman yang mengeluarkan statistik COVID-19, tingkat kematian di Jerman berada dibawah 0,15 Persen, Italia 10 Persen, dan Spanyol 7 Persen.
Bagaimana Jerman bisa mencapai kondisi itu? Tentu kita percaya pengaruh penguasaan teknologi kesehatan Jerman sangat berpengaruh besar untuk menekan angka kematian. Selain itu, kebijakan Pemerintah Jerman yang sejak Januari 2020 sudah mengembangkan banyak sekali riset tentang corona.
Pemerintah Jerman mempersipkan diri sangat baik menghadapi kemungkinan serangan virus corona ini. Selain itu cultur soliter, menyendiri orang Jerman ternyata membantu menghambat sebaran COVID-19. Masyarakat jarang ada yang hidup bersama keluarga besar, kumpul-kumpul tidak menjadi budaya masyarakat Jerman. Disiplin, mengikuti aturan, itu karakter-karakter yang sangat banyak membantu memperlambat sebaran COVID-19.
Berbeda dengan Italia dan Spanyol, pengaruh demografis, jumlah warga resiko tinggi– usia lanjut– yang besar tanpa skenario khusus yg disiapkan, membuat dua negara ini sampai sekarang masih kesulitan mengatasi angka kematian akibat COVID-19.
Belum lagi kultur masyarakat yang cenderung tidak disiplin dan mengabaikan peraturan, membuat langkah preventif penularan cenderung dilanggar. Dan akhirnya menyebabkan ledakan jumlah yang meninggal akibat COVID-19, hingga hari ini.
Bergeser ke benua Asia, fenomena Singapura menangani COVID-19 ini menarik ditelaah. Sampai pekan ini Singapore baru mencatat 4 orang meninggal akibat COVID-19. Sejak awal pemerintah Singapore yang sadar negaranya merupakan titik transit yang paling sibuk di Asia, langsung menolak kedatangan pesawat dari Tiongkok yang pada saat itu menjadi pusat penularan COVID-19.
Warganya yang baru pulang bepergian dari Tiongkok atau Luar Negeri harus menjalani self quarantine selama 14 hari. Dan hal itu dikontrol setiap hari oleh petugas. Jika ada pelanggaran, maka ada sanksi yang sangat tegas.
Wajar kalau Singapore bisa menekan angka kematian menjadi sangat kecil. Belum lagi memang diuntungkan dengan wilayah yang tidak terlalu besar.
Soal kultur patuh terhadap protap kesehatan yang ditetapkan Pemerintah ini sepertinya juga kunci untuk negara-negara Asia yang sukses menekan angka kematian di negaranya. Tiongkok, Singapore dan Jepang.
Sekedar mengulang cerita sukses Wuhan, Tiongkok. Masih kuat diingatan kita aturan mengisolasi diri di apartemen masing-masing yang dilakukan masyarakat Wuhan selama beberapa bulan. Sangat membantu pemerintahnya menyelesaikan proses penanganan COVIS-19 dengan baik.
Akhirnya, mungkin kita bisa mengambil kesimpulan bagaimana suatu negara bisa sukses menekan angka kematian akibat COVID-19 adalah : Pemerintah yang kuat dengan kebijakan yang cepat dan tepat, didukung oleh warganya yang taat.
Ditulis Oleh : Wenny Aulia (KBRN)