<

Pemerintah Rusia Tolak Tawaran Amerika Bekukan Senjata Nuklir

JAKARTA, IndonesiaPos

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menolak proposal Washington untuk membekukan persenjataan nuklir Rusia dan AS di tingkat saat ini dengan imbalan perpanjangan perjanjian START Baru Rusia-AS tentang pengurangan senjata ofensif strategis lebih lanjut.

“Ini adalah proposal yang tidak dapat diterima,” kata diplomat itu, seperti dikutip dari TASS, Rabu (14/10/2020), saat mengomentari inisiatif tersebut, yang sebelumnya disuarakan kemarin oleh Utusan Khusus Presiden AS untuk Pengendalian Senjata Marshall Billingslea.

Berbicara pada konferensi video, yang diselenggarakan oleh Heritage Foundation pada hari Selasa (13/10/2020), Billingslea mengatakan negaranya siap untuk memperpanjang START Baru jika kedua negara setuju membatasi atau membekukan persenjataan nuklir mereka.

“Kami sebenarnya bersedia memperpanjang Perjanjian START Baru untuk beberapa waktu, dengan syarat mereka, sebagai imbalannya, menyetujui pembatasan atau pembekuan persenjataan nuklir mereka. Kami bersedia melakukan hal yang sama,” katanya. “Kami telah mengusulkan kompromi: setuju dengan kami untuk membekukan, dan kami akan memperpanjang START Baru untuk beberapa periode.”

“Kami siap untuk mencapai kesepakatan ini, pada kenyataannya kami bisa mencapainya besok, tapi Moskow harus menunjukkan kemauan politik untuk melakukannya juga,” tambah Billingslea.

Perjanjian antara Amerika Serikat dan Federasi Rusia tentang Tindakan untuk Pengurangan dan Pembatasan Senjata Ofensif Strategis Lebih Lanjut (Perjanjian START Baru) mulai berlaku pada tanggal 5 Februari 2011. Dokumen tersebut menetapkan bahwa tujuh tahun setelah berlakunya masing-masing pihak harus memiliki tidak lebih dari 700 rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dikerahkan, rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) dan pembom strategis, serta tidak lebih dari 1.550 hulu ledak pada ICBM yang dikerahkan, SLBM yang dikerahkan dan pembom strategis, dan total 800 peluncur ICBM yang dikerahkan dan tidak dikerahkan, peluncur SLBM, dan pembom strategis.

Perjanjian START Baru akan tetap berlaku selama 10 tahun, hingga 2021, kecuali sebelum tanggal tersebut diganti dengan perjanjian berikutnya tentang pengurangan dan pembatasan senjata ofensif strategis. Ini juga dapat diperpanjang tidak lebih dari 5 tahun (yaitu, hingga 2026) dengan kesepakatan bersama para pihak.

Moskow telah berulang kali meminta Washington untuk tidak menunda perpanjangan perjanjian yang digambarkannya sebagai standar emas di bidang pelucutan senjata.

Dalam wawancara dengan Financial Times pada akhir Juni 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa begitu perjanjian ini tidak ada lagi, “maka tidak akan ada instrumen di dunia untuk membatasi perlombaan senjata.”

BERITA TERKINI