JAKARTA, IndonesiaPos
Presiden Taiwan, Tsai
Ing-wen, maju kembali sebagai petahana
dalam pemilihan presiden 2020.
Dia adalah presiden perempuan pertama di negara itu dan menjadi simbol
perlawanan terhadap China.
Tsai lahir pada 31 Agustus 1956. Dia besar di daerah Zhongshan. Setelah menimba
ilmu di sekolah khusus perempuan, Tsai lantas melanjutkan pendidikan ke
Fakultas Hukum Universitas Nasional Taiwan. Setelah lulus menjadi advokat, dia
meneruskan studi hukum ke Universitas Cornell, Amerika Serikat dan meraih gelar
master. Tsai juga meneruskan studi strata-3 ke Sekolah Ekonomi dan Politik
London.
Tsai berasal dari keluarga pengusaha kelas menengah. Ayahnya mempunyai usaha
transportasi dan perbaikan kendaraan. Sang ayah dianggap mewariskan perangai
keras, disiplin dan cerdas kepada Tsai. Dia juga dikenal sebagai pejuang hak
asasi manusia.
Sebelum terjun ke politik, Tsai lebih dulu menjadi wirausaha. Dia memiliki
jaringan restoran Ing-wen the Hungry, tim sepakbola Angels of Taipei, dan
meluncurkan merek minuman keras vodka Pure Wondertsai.
Selain itu, Tsai juga mempunyai bisnis parfum From Ing-wen with Love dan
koleksi busana Tsai Ing-wen Seduction. Keuntungan dari usahanya yang
diperkirakan mencapai 245 juta Dollar Taiwan ditanamkan dalam bursa saham,
properti dan merek kosmetik CoverGirl. Tsai juga dikenal menolak klaim yang
menyatakan Taiwan adalah bagian dari China.
Karena kecakapan dan keilmuannya, Tsai akhirnya terjun ke dunia politik
bergabung dengan Partai Demokratik Progresif (DPP). Dia berhadapan dengan
Partai Nasionalis Kuomintang (KNP).
Pada 2016, Tsai bersaing dengan unggulan KNP, Enric Chu. Hasilnya, dia menang
mutlak dengan perolehan 60 persen suara.
Sejak masa kepemimpinannya, hubungan Taiwan dengan China tidak pernah rukun dan
justru merapat kepada Amerika Serikat. Dia memberi contoh Hong Kong yang saat
ini bergolak yang dianggap sebagai reaksi atas pemerintah China yang otoriter,
sejak penyerahan kedaulatan dari Inggris pada 1 Julir 1997.
Kini, jika dia kembali menang, maka dikhawatirkan akan menyulitkan upaya
Presiden China, Xi Jinping, untuk mewujudkan visi ‘Satu China’, salah satunya
dengan menyatukan Taiwan. (*)