<

Prahara Guncang Corps Bhayangkara

JAKARTA, IndonesiaPos – Perhatian masyarakat pada saat ini masih tertuju pada institusi Kepolisian Republik Indonesia atau Polri. Terbukti sejumlah artikel di media Nasioanal banyak mengulas tentang beberapa kasus yang terjadi di Polri menjadi berita tentang menurun drastisnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri dengan judul Tsunami di Trunojoyo, sehingga menjadi berita yang paling banyak dilihat pembaca.

Setelah itu, berita yang paling banyak dilihat pembaca di urutan kedua yaitu masih terkait dengan istitusi Polri, yaitu mengenai kasus Pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo. Kasua tersebut saat ini memasuki babak persidangan dimana dalam fakta persidangan dibuka mengenai percakapan Istri Sambo, Putri Candrawathi ke Brigadir J sebelum tewas.

Usai Bunuh Brigadir J, Putri Sambo Sampaikan Terimakasih ke Kuat Ma’ruf

Berita mengenai Putri Candrawati yang meminta Yosua Resign setelah disebut melakukan pelecehan seksual menjadi berita populer kedua Senin kemarin. Setelah itu, ada berita yang tak kalah menariknya mengenai tiga remaja yang diduga korban begal dilumpuhkam dengan cara ditembak oleh anggota kepolisian di Kota Bogor, Jawa Barat.

Selanjutnya di urutan keempat, masih diisi berita mengenai institusi Polri, yaitu berita yang mengulas mengenai adanya Jenderal Polisis yang dipenjara terkait berbagai macam kasus. Berita ininjuga masuk dalam daftar berita yang paling banyak dilihat pembaca.

Tsunami Trunojoyo

Awan gelap belum beranjak dari langit Trunojoyo. Korps Bhayangkara itu tengah dihantam berbagai masalah di internal mereka. Semua datang bertubi-tubi, bak tsunami yang menghantam dan meluluhlantahkan kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum, Kepolisian RI.

Belum hilang ingatan publik dengan kasus mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo yang menyita perhatian nasional bahkan hingga dunia. Disusul lagi kegagalan Polri dalam mengantisipasi tragedi Kanjuruhan sehingga menewaskan 132 orang.

Kali ini, seorang jenderal bintang dua Polri, jabatan Kapolda, ditangkap terkait kasus peredaran narkotika. Bahkan, sang jenderal diduga mengendalikan peredaran narkoba yang berasal dari penggelapan barang bukti pengungkapan kasus narkoba. Sangat mengejutkan!

Keprihatinan ini direspons serius Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lewat surat telegram rahasia (TR), kepala negara memanggil Kapolri beserta seluruh pejabat utama Polri, Kapolda dan Kapolres seluruh Indonesia ke Istana Negara, Jumat, pekan lalu.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Umumkan 6 Tersangka Kasus Kanjuruhan

Pesannya tegas. Presiden Jokowi menuntut jajaran Polri bekerja keras mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Polri, yang terjun bebas ke titik nadir. Kepercayaan publik terhadap Polri di Agustus 2022 paling rendang (54 persen), dibanding November tahun lalu di angka 80,2 persen.

Sebelum ada peristiwa penembakan di Duren Tiga yang menyeret mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo, Indeks Kepercayaan Masyarakat menempatkan Polri di puncak teratas saat itu.

Hal tersebut didorong oleh kerja keras jajaran Polri dalam penanganan COVID-19 dengan mendukung penyuntikan 440 juta dosis vaksin kepada masyarakat, sehingga pandemi mereda dan ekonomi bisa tumbuh 5,44 persen.

“Tetapi begitu ada peristiwa FS (Ferdy Sambo), runyam semuanya, dan jatuh ke angka yang paling rendah. Dulu, dibandingkan institusi-institusi penegak hukum yang lain, tertinggi. Sekarang, Saudara-saudara harus tahu, menjadi terendah. Ini yang harus dikembalikan lagi dengan kerja keras saudara-saudara sekalian,” kata Jokowi

2 Polisi Polda Metro Jaya Ditahan, Diduga Terlibat Narkoba Irjen Teddy

Jokowi juga mengultimatum anggota Polri dan keluarganya agar setop menonjolkan gaya hidup mewah. Apalagi situasi ekonomi saat ini sedang sulit, jangan sampai ada letupan-letupan sosial akibat kecemburuan sosial-ekonomi dan menjadi sorotan masyarakat.

“Saya ingatkan yang namanya kapolres, wakapolres, yang namanya kapolda, yang namanya seluruh pejabat utama, perwira tinggi, mengerem total masalah gaya hidup. Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Hati-hati, saya ingatkan hati-hati,” tegas Jokowi.

Sementara itu, Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, menganggap momen pertemuan dan arahan Presiden Jokowi kepada pejabat utama Polri ini suatu yang luar biasa.

Apalagi, dalam TR sebelumnya, ada maklumat bahwa seluruh peserta menggunakan seragam PDL tanpa tutup kepala, tanpa tongkat komando. Mereka yang dipanggil Presiden juga dilarang membawa ADC (ajudan) dan handphone, dan hanya diperkenankan membawa buku dan pulpen.

“Tidak pakai tutup kepala ini kan simbol agar pikiran dibuka, dilihat. Tongkat komando itu kan simbol kekuasaan. HP itu simbol kemewahan, enggak perlu bawa ajudan, Anda bawa catatan dan pulpen, itu kan simbol kerja. Pak Jokowi ini kan orang Solo, banyak simbol-simbol,” ujar Susno dalam perbincangan di tvOne.

Kadiv Humas Polri Rinci Korban Targedi Kanjuruhan Capai 678 Orang

Susno mengatakan, salah satu yang disoroti dalam pertemuan itu adalah kekecewaan Presiden Jokowi terhadap merosotnya kepercayaan masyarakat kepada Polri. Beberapa kasus yang melibatkan oknum anggota Polri disorot, karena dianggap sebagai biang kerok tergerusnya kepercayaan publik.

“Beliau sangat kecewa, Polri dari 80,2 persen anjlok jadi 54 persen, terjelek ini. Itu kasus Kanjuruhan 132 nyawa melayang, akibat Sambo, sesama polisi saling tembak di Lampung, terakhir Kapolda main sabu 5 Kg. Habis itu nanti apalagi?” ungkap Susno. (viv)

 

 

 

BERITA TERKINI