MADIUN – IndonesiaPos
Himpunan petani pengguna air (HIPPA) Maju Makmur, Desa Segulung, Kecamatan Dagangan, Madiun, Jawa Timur, telah merampungkan pembangunan saluran tersier. Dengan anggaran 195jt yang bersumber dari APBN 2020 dikerjakan secara swakelola, melibatkan tenaga kerja lokal 7 tukang dan 20 pekerja.
Pelaksanakan pembangunan saluran irigasi di persawahan tersebut menjadi prioritas karena sebagai kebutuhan dasar dalam rangka peningkatan perekonomian di sektor pertanian.
Ketua HIPPA Desa segulung Sudarto menuturkan program ini bertujuan sebagai percepatan proses pengairan sawah sehingga meningkatkan produktivitas petani desa. ”Pembangunan irigasi ini bertujuan untuk mempercepat durasi pengairan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga ketersediaan air. Selain itu mengurangi tingkat kebocoran air yang disebabkan kepiting agar sawah yang teraliri benar-benar tepat sasaran. Karena, dengan adanya pembangunan jaringan irigasi ini nanti akan memudahkan para petani dalam mendapatkan air irigasi saat masa tanam,” ujarnya kepada Jurnalis, kamis, 23/11.
Ditempat terpisah, Bendahara HIPPA Susilo menambahkan bahwa keberadaan HIPPA Desa Sagulung ini sangat dibutuhkan bagi petani di desanya. “Dengan terbangunnya saluran irigasi yang baik, kendala-kendala yang dialami petani di Desa Segulung ini khususnya dusun magah dukuh mborang-ngembag terkait pengairan lebih cepat teratasi”, ungkapnya.
Menurut Susilo,kendala mistis maupun realistis seakan menjadi hambatan terbangunnya irigasi tersebut. “Di hari pertama pengerjaan, pasir 3 dam yang dialokasikan untuk pengerjaan ±100m, itu hanya tercapai 10,5m dalam waktu sehari. Dihari itu juga, sebnyak 27 pekerja yang istirahat makan tidak ada yang merasa kenyang,” imbuhnya.
Susilo menuturkan bahwa diawal titik 0 penggalian, muncul 2 ikan wader berwarna emas yang mitosnya munculnya ikan tersebut merupakan pertanda dan pengingat agar lebih berhati-hati dalam pengerjaannya.
Dari kejadian tersebut, diputuskan untuk mengadakan ritual selametan (kenduri) agar tidak terjadi kesulitan pada saat pengerjaan berlangsung. Hal tersebut mengingat lokasi yang jadi titik pekerjaan adalah _’sumber ngembak’_yang memang telah bertradisi mengadakan selametan ketika petani panen.
Setelah ritual selametan dilaksanakan, proses pengerjaan hingga 20% lancar tanpa kendal. Namun, ibarat hutang yang dibayar, bahan material saat pengerjaan diangka 20% seperti bersumber tidak ada habisnya atau bisa dikatakan _unlimited_. “Mungkin ini material yang dikembalikan oleh penunggu sini mas, dihari pertama kan disembunyikan, sekarang dikembalikan”,ujar salah satu pekerja kepada jurnalis.
Sedangkan kendala realistis yang dihadapi saat pengerjaan saluran tersebut adalah sulitnya akses pendistribusian bahan material ke titik lokasi pekerjaan. “Selama 12 hari itu kita langsir pasir menggunakan sepeda motor mas, total ada 7 unit sepeda motor yang masing mengangkut 2 sak, dan alhamdulillah nyaris rusak semua mas, dan 1 unit motor patah parah”, ujarnya.
Sudarto dan Susilo berharap dengan terbangunnya irigasi ini dapat meningkatkan produktivitas petani, pengairan sawah lebih cepat. “Semoga dengan adanya saluran irigasi yang baru ini, pendistribusian air untuk mengairi lahan persawahan petani bisa semakin lancar, terawat dengan baik, dan petani di Desa Segulung dapat mengoptimalkan produktivitas disektor pertanian sepanjang tahun tanpa kesulitan pengairan pertanian,” tutup Susilo.
Salah satu petani di segulung mengaku sangat terbantu dengan terbangunnya saluran irigasi ini. “Alhamdulillah sekarang bisa lebih cepat mas mengairi sawah, biasanya setengah hari sekarang hanya butuh waktu 2 jam”, ungkapnya. (fin)