<

Relawan Rumah DE-GIRI Banyuwangi Rayakan Hari Lahir Bung Karno

BANYUWANGI, IndonesiaPos

Relawan Rumah DE GIRI (DEmokrasi, Gagasan, dan InspiRasI) bersama Para Pemuda dan Barisan Soekarnois di Kabupaten Banyuwangi, memperingati Hari Lahir Bung Karno.

Momen kali ini, Relawan Rumah DE GIRI ingin menyampaikan pesan kepada generasi penerus bangsa, “Jas Merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah).

Kegiatan Sarasehan dan Tumpengan Peringatan Hari Lahir Bung Karno yang bertajuk “Kontribusi Pemikiran Soekarno Mencapai Indonesia Merdeka” ini diaplikasikan dalam sebuah konsep acara dengan mengkolaborasikan antara nasionalisme dan budaya (adat istiadat) yang harus dilestarikan bersama

Turut hadir pada acara tersebut, Ketua Puspaka Untag Banyuwangi Sahru Romadloni, dan Rektor UNTAG Banyuwangi Andang Subaharianto yang memberikan pemaparam diskusi dua arah dengan peserta.

Selain itu, hadir pula para Pemuda dan Kelompok Pelestari Adat, Mahasiswa, Pelaku Seni, Perwakilan Pemerintah Desa Olehsari, Oase Law Firm, dan Relawan Rumah DE GIRI. Sehingga kehadiran dari berbagai unsur masyarakat ini adalah simbol dari kebhinnekaan Indonesia yang bersatu dalam sebuah wadah diskusi tentang Bung Karno dan Indonesia.

Ketua Puspaka Untag Banyuwangi, Sahru Romadloni berpesan pada generasi bangsa ini, agar supaya terus  menggelorakan semangat dan menyatukan tujuan untuk turut membangun Indonesia Raya.

“Dulu perjuangan fisik, sekarang perjuangan pikiran. Dulu musuhnya terlihat, sekarang musuhnya terselubung. Dulu senjatanya mematikan fisik, sekarang senjatanya mempengaruhi pikiran,”tegasnya.

Ditempat yang sama, Rektor UNTAG Banyuwangi

Andang Subaharianto, menjelaskan tentang perjalanan hidup Soekarno sejak kecil hingga menjadi Presiden Indonesia pertama.

Menurutnya, pada masa kolonial, tanggal 6 Juni 1901, lahir seorang bayi yang diberi nama Kusno. Karena semasa kecil Kusno sering sakit, maka berdasar kosmologi masyarakat Jawa, kemudian dilakukan ritual penggantian nama Kusno menjadi Soekarno. Bayi ini tumbuh besar, kemudian oleh ayahandanya Soekarno dipondokkan,disekolahkan dan dititipkan kepada HOS Cokroaminoto.

Soekarno pada saat masih remaja, digembleng oleh HOS Cokroaminoto, bersama murid-muridnya yang lain, di gang Peneleh Surabaya. Belajar tentang kebangsaan, bagaimana harus mencintai masyarakat yang pada saat itu dalam kondisi yang terjajah.

BACA JUGA :

“Disana pula Soekarno belajar tentang Agama Islam; belajar Pidato bersama sang guru HOS Cokroaminoto yang notabene adalah tokoh pergerakan organisasi Serikat Islam,”ungkapnya.

Andang Subaharianto mengungkapkan, dirumah HOS Cokroaminoto itulah miniaturnya Indonesia. Disana Soekarno belajar tentang kebangsaan bersama Kartosuwiryo, Semaun, dan teman-teman yang lain.

“Sesungguhnya proses kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari anasir tahun-tahun pendidikan Soekarno dan kawan-kawannya dirumah HOS Cokroaminoto, yang kemudian melahirkan sebuah keyakinan dan semangat politik hingga terwujudnya proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945,”urainya.

Dijelaskan, dengan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia itu awalnya didiskusikan oleh anak-anak muda di gang Peneleh Surabaya. Maka, sebagai generasi bangsa diharapkan mampu meneladani, mengaktualisasikan, dan merevitalisasi pikiran-pikiran besar para tokoh bangsa dalam melanjutkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

“Satu hal yang akan tetap aktual dalam pembangunan Indonesia, yakni TRI SAKTI (Kedaulatan Politik; Berdikari Ekonomi; Berkepribadian Dalam Kebudayaan) diharapkan mampu dipahami serta dikembangkan sesuai kondisi bangsa saat ini,”imbuhnya.

 

BERITA TERKINI