BANYUWANGI, IndonesiaPos.co.id
Dalam waktu dekat warga Banyuwangi akan menggelar 3 even menarik sekaligus yakni Kebo-keboan, Savana Duathlon, hingga, Fish Market Festival,pada hari Minggu, (15/9/ 2019).
Event kebo-keboan di daerah Banyuwangi adalah manusia yang di didandani seperti kerbau kepalanya di beri tanduk selaknyanya kerbau dan badannya di beri cairan berwarna hitam.
Baca juga : 4000-siswa-dan-guru-mi-meriahkan-festival-muharram-2019
Tokoh masyarakat yang ada di sana, namanya dirahasikan sebut saja Adnan, menceritakan acara tradisional kebo-keboan yang ada di desa Alasmalang, kecamatan Rogojampi. tradisi upacara ini sudah berlangsung sejak abad 18 setiap tahun sekali.Upacara tersebut dilakukan oleh masyarakat turun temurun untuk menolak balak (red.petaka).
Asal mula kebo-keboan kala itu, di desa Alasmalang konon terjadi musibah pagebluk (penyakit), hama itu juga menyerang tanaman, banyak warga yang mati dan juga kelaparan, tidak diketahui dari mana penyakit itu,(misterius). Masyarakat bertambah panik dan tegang.
Baca juga : polsek-cluring-berhasil-meringkus-specialis-pembobol-rumah
Salah satu sesepuh didesa itu melakukan tapa (meditasi) diatas bukit. Selama bertapa itu ia mendapat wangsit, lalu menyampaikan kepada warga sekitar agar melakukakan ritual kebo-keboan dan mengagungkan dewi sri atau yang di percayai sebagai kemakmuran. Setelah ritual di lakukan wabah penyakit itu sirna, wabah tanaman pun tidak ada, warga yang sakit pun semua semua sembuh.
Upacara tradisional ini di adakan setiap antara tanggal 1 hingga 10 suro, dan biasanya di adakan hari Minggu. kebo-keboan di ikuti lebih dari 8 orang dan pawang ada juga 1 perempuan cantik menyimpulkan seorang Dewi Sri yang memberikan keberkahan dan kemakmuran.
Baca juga : olivia-gunawan-juarai-miss-tourism-and-culture-universe-2019-di-myanmar
Singkat cerita, di even ini terlihat seru dan menarik, sebab, perempuan cantik Dewi Sri tersebut, menabur bibit padi di sawah milik kerajan, kemudian para petani, dan kebo-keboan akan berebut benih-benih. Ratusan warga sekitar kalangan muda, tua, pria, wanita saling berebutan, sehingga seluruh badan mereka berlumuran tanah.
“Para peserta kebo-keboan di bacain mantra oleh pawang, sehingga mereka menjadi kesurupan, dan benih itu sendiri di yakini dapat terhindar dari hama penyakit. Sedangkan bibit-bibit yang mereka dapat akan ditanam di sawah mereka masing-masih,”kata Adnan.
Tradisi kebo-keboan ini tidak hanya di tonton warga Banyuwangi, tapi juga banyak datang dari luar kota hingga wisatawan mancanegara ikut menikmati serunya budaya tradisional kebo-keboan.
Salah satu warga Lumajang, yang ikut nonton enven ini Rio Agustiono (29) mengatakatan, tahun 2018 kemarin pernah menyaksikan acara kebo-keboan, dan memang seru, karena pesertanya seperti kehilangan akal.
“Saya melihat acara kebo-keboan memang benar seru dan mengasikkan, karena semua orang yang berebutan benih pada berlumuran tanah, sehingga saya dan para penonton semua tertawa. Besok Minggu (15/9) acara ini kan di gelar lagi, saya akan liat bersama semua keluarga saya,”kata Rio. (ari)