JEMBER –IndonesiaPos
Pengadaan gerobak mlijo cinta yang rencananya dibagikan kepada pelaku UMKM berpotensi KKN. Hal ini disampaikan Agus Tono, pembina masyarakat Jasa konstruksi Jember.
Menurutnya ada potensi kerugian negara yang ditimbulkan dalam proses ini. Yang pertama masalah harga yang dinilai terlalu mahal, selain itu penyelesaian pengadaannya dikhawatirkan tidak tepat waktu dan memungkinkan adanya “permainan” dalam prosesnya. “Harganya terlalu mahal. Ada indikasi di Mark up,”tuturnya.
Lebih lanjut Menurut Agus, mahalnya harga yang dibandrol dalam pengadaan gerobak Mlijo Cinta ini diduga sengaja dilakukan sebagai upaya untuk memenangkan salah satu rekanan, mengingat ada beberapa persyaratan yang seharusnya dituangkan dalam proses lelang itu diantaranya punya work shop berijin dan minimal sudah berjalan 3 tahun serta pernah memiliki kemampuan kerja sejenis dalam 3 tahun belakangan ini. Hal ini dibuktikan dengan surat PO. Dan apakah sudah dilakukan evaluasi terhadap pemenang lelang?
Persoalan lain yang muncul menurut Agus juga termasuk kalkulasi waktu. “Gerobak mlijo cinta itu bisa dipastikan tidak akan selesai hingga akhir tahun jika dengan jumlah unit yang sangat banyak itu belum disiapkan semua oleh pemenang lelang masalah ketersediaan bahan bakunya, pekerjanya serta peralatan proses pembuatannya,”katanya.
“Kesiapan itu sebagai jaminan keberlangsungan pekerjaan tepat waktu dan mutu kualitas yang sesuai. Kan harus sudah tersedia bahan baku yang dicantumkan, Jenis dan jumlahnya.pekerjanya juga harus signifikan mengingat waktunya sudah mepet,”ujarnya.
“Kalau sampai saat ini belum jelas kontraknya, maka tinggal kurang 2 bulan sampai 28 desember, dan itu menjadi persoalan besar,”tambahnya.
“Namun lain ceritanya jika pengadaan gerobak Mlijo cinta tersebut dibuat sebelum lelang dilaunching maka kemungkinan besar pengadaan bisa selesai akhir tahun, namun hal ini berpotensi Kolusi, dengan mengkondisikan pemenang lelang sebelum dilaunching,”tegasnya.
Dirinya mengungkapkan mulai awal proses sudah ada indikasi beberapa kesalahan, termasuk perencanaan awal dalam persyaratan dokumen pemilihan.” Setahu saya mulai awal sudah tidak jelas perencanaannya, termasuk jumlah dan speknya,”jelasnya.
Untuk prosesnya lelangnya sendiri Dari pantauan media di laman LPSE Jember menyebutkan HPS lelang gerobak mlijo cinta dipatok dengan Harga Rp.11,3 Milyar untuk pengadaan kurang Lebih 2500 unit dan dimenangkan oleh PT.Bumi Syariah Utama dengan harga penawaran Rp.10,7 milyar.
Senada dengan Agus, anggota komisi B DPRD Jember dari Fraksi PDI-P Candra Ary Fianto menjelaskan, ada yang salah dalam proses perencanaan awalnya. Hal ini diperjelas dengan adanya selisih antara penerima gerobak dengan jumlah yang dianggarkan.
“Seharusnya pemkab Jember mulai awal melakukan verifikasi mendalam dulu terkait persyaratan penerima bantuan ini,”terangnya.
Dalam aturan inpres no 4 tahun 2025 lanjut Candra mensyaratkan beberapa poin terkait siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan, namun pemkab Jember mengabaikan persoalan itu, sehingga dengan mudahnya menganggarkan pengadaan gerobak mlijo cinta untuk 2500 UMKM tanpa membaca aturannya.
“Dalam inpres tersebut sudah diatur siapa saja yang berhak menerima bantuan. Dan hasilnya hanya 1282 saja yang bisa mendapatkannya,” lanjut Candra.
Jadi ada anggaran yang musproh dalam pengadaan gerobak Mlijo cinta ini. ” Jika diteruskan akan melanggar aturan, namun jika tidak dikerjakan maka ada Silpa anggaran yang cukup besar dalam proses penganggarannya ,”terangnya.
Terkait proses lelang yang sudah muncul pemenangnya,ungkap Candra maka pihak Pemkab sesuai arahan dari LKPP harus membayar paket pekerjaan sesuai dengan barang yang diterimakan yakni untuk 1282 unit. Meskipun hingga kini belum ada pemenang berkontrak.
” Dan ini harus diterima oleh pemenang lelang dengan sistem pembayaran per termin untuk 1282. Tidak lagi pembayaran untuk 2500 unit,”pungkasnya.(kik)
