BLITAR, IndonesiaPos – Kepala Desa Karangsono Tugas Nanggolo Yudo Dili Prasetiono, akhirnya buka-bukaan terkait dirinya keluar dari PAPDESI. Sebab, organisasi yang ia rintis tidak sesuai tujuan semula.
Kades yang akrab dipanggil Bagas ini mengungkapkan, perjalanan waktu setelah Musda, pengurus PAPDESI ini terkesan tidak ada keseriusan dalam melaksanakan amanah organisasi. Bahkan langkah untuk menjaring aspirasi tidak ada.
“Nah, dari sini banyak keluhan dan usulan di grup WA forum kades PAPDESI. Mewakili anggota, kemudian saya tanya kepada pengurus agar mengambil langkah untuk serius membantu permasalahan anggota,”kata Bagas.
Karena tidak tanggapan dan respon dari pihak pengurus, akhirnya satu persatu puluhan Kades keluar dari ke anggotaan PAPDESI.
“Oleh karena, kami sudah mempersiapkan gerbong baru bagi anggota yang keluar dari PAPDESI, karena gerbong lokomotif yang ada tidak berfungsi, tidak bisa menampung dan memperjuangkan aspirasi anggota,”ucap Bagas.
Pekumpulan kepala desa di kabupaten Blitar itu, sambung Bagas sudah disiapkan, yang diberi nama Asosiasi Kepala Desa (AKD). Kedepan, AKD itu dapat memberikan warna tersendiri bagi kemaslahatan warga desa di seluruh Kabupaten Blitar.
“Tujuan didirikannya AKD ini nantinya dapat berfungsi sebagai motor penggerak untuk membangun desa, SDM para anggota, mencerdaskan masa depan kades. Dan yang tujuan paling utama adalah memajukan desa, mensejahterakan masyarakat dan perangkat desa se-kabupaten Blitar,”ujar Bagas.
Selain itu, tujuan AKD kabupaten Blitar untuk maju bersama, sejahtera bersama. “Bukan hanya slogan visi misi atau opini dan statement Bupati, tapi kami pun ingin maju bersama disemua bidang, disemua lini disemua desa,”tegas Bagas.
Bagas juga menampik pemikiran oknum pengurus PAPDESI yang berpendapat, kalau dirinya keluar dari ke anggotaan PAPDESI karena sakit hati, saat musda kemarin kalah tidak terpilih jadi ketua.
Perlu saya tegaskan, pikiran kerdil mereka itu dungu. Makanya saya luruskan, pada saat saya masih baru menjabat kepala desa Karangsono, banyak kegiatan dan saya sering mengumpulkan seluruh korcam di dibalai desa, untuk membahas persoalan yang carut marut,”ungkap Bagas.
Bahkan yang menggagas semua kegiatan itu adalah dirinya, termasuk biayanya yang dikeluarkan dari sakunya secara pribadi. Setelah itu, bagas mencetuskan kenaikan upah pungut SPPT desa Karangsono, dan membuahkan hasil. Imbas kenaikan itu juga di rasakan ke seluruh desa se-kabupaten Blitar.
“Semua pergerakan yang saya lakukan itu dengan biaya pribadi, tapi yang menerima menfaatnya semua desa di kabupaten Blitar. Dan terakhir saya mengajukan kenaikan ADD, saya kerja dibantu media untuk mempublikasikan, akhirnya disetujui kenaikan ADD 2%,”bebernya.
Bagas mengaku, meski tidak terpilih jadi ketua PAPDESI, ia tidak pernah sakit hati. Tapi justru otak mereka picik karena tidak pernah menghargai sejarah, tidak pernah membaca sejarah. Sekarang saya mau tanya, selama ini apa yang sudah mereka lakukan untuk organinsasi, untuk kades-kades se-kabupaten Blitar. Perlau saya tegaskan lagi, dari dulu saya sebagai penggagas kegiatan dan ekskutor adalah saya dengan biaya pribadi saya sendiri. Bahkan pernah saya menolak pokir dari dewan kalau ADD tidak jadi dinaikan 2%. Dan setelah disetujui, malah sayaa dimusuhi sama oknum anggota DPRD. Bahkan ada oknum kades berkhianat pada saya,”urainya.
Yang jelas, tambah Bagas, setelah dirinya dan kades keluar dari PAPDESI, bukan ingin membuat tandingan, tapi ingin menampung seluruh aspirasi untuk disampaikan ke forum yang lebih tinggi ditingkat daerah.
“Kami seluruh kepala desa itu ujung tombak, kami tidak ingin lagi teraniaya oleh kebijakan yang tidak berpihak kepada kami, dan masyarakat . Kam berharap kades se-kabupaten Blitar bisa sejahtera bersama maju bersama,”imbuhnya.(Lina)