<

Supriyanto Sebut Sekda Bondowoso Mencerminkan Seorang Preman

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindera Bondowoso, Supriyanto.SH.  

BONDOWOSO, IndonesiaPos.co.id

Pernyataan Sekda Bondowoso Saifullah mengagetkan dan membuat geram banyak pihak. Saifullah berstatemen di media “Bondowoso ini Miskin Sombong”, adalah pernyataan yang sangat disayangkan keluar dari mulut seorang Sekda Bondowoso yang mencerminkan seorang preman.

Pernyataan pedas ini di ungkapkan Supriyanto.SH, Ketua DPC Gerindra Bondowoso. bahwa pernyataan Syaifullah sebagai Sekda tidak mencerminkan seorang pemimpin yang profesional.

Menurutnya, Sekda sebagai secon line Bupati, yang harus menjaga marwah pimpinannya, bukan malah membuat kegaduhan dengan pernyataan yang tidak populis.

Belum lagi statemenya yang kontroversi ini reda, Sekda sudah melakukan Mutasi Pejabat yang dinilai banyak pihak sebagai mutasi yang sangat teledor dan buruk dalam sejarah pelantikan.

“Sebelumnya juga sering mengancam Aparat Sipil Negara (ASN) akan dimutasi, juga sering merendahkan kepala OPD didepan bawahannya”, kata Supriyanto.

Kata Supriyanto, ancaman yang sering dilakukan Sekda sudah mengarah kepada intimidasi dari para pemimpin terhadap bawahan menjadi sangat serius. Sehingga, Sekda sebagai pemimpin ASN dengan mudah meneror ASN yang dianggapnya tidak bisa bekerjasama atau manut dengan dirinya.

Pertanyaan saya, apa yang terjadi dengan kondisi psikologis Sekda ini, kok sering mengumbar ancaman kepada bawahannya,”ujar mantan Ketua Fraksi Gerindra-Nasdem 2014-2019.

Mantan anggota TNI Angkatan Udara itu menilai pemimpin yang kerap merendahkan, menghina atau suka mengancam biasanya minim prestasi dan tak memiliki kemampuan kerja yang baik. Bahkan sudah berani melecehkan pemerintahan sebelumnya, dengan menuduh Pembangunan di Bondowos tidak terencana dan menganggap masyarakat Bondowoso miskin.

“Apakah orang miskin dianggap tidak bermoral dan tidak punya etika? Dalam dimensi kemiskinan yang ada, Bondowoso memiliki slogan Bondowoso Melesat (Mandiri ekonomi lestari, adil dalam bingkai iman dan taqwa). Lalu bagaimana bisa Melesat, jika pemimpinnya sendiri menganggap Bondowoso miskin,”kata Politisi Gerindera asal Tenggarang Bondowoso ini.

Akibat dan dampak pernyataan Sekda, membuat elemen masyarakat tidak nyaman, karena disebut daerah miskin. Apalagi ditambah sombong. Biarpun miskin, tapi orang Bondowoso mampu bersaing dalam berbagai persaingan kehidupan masyarakat di Jawa Timur.

Supriyanto mengklaim selama lima tahun dirinya masuk dalam jajaran Legislatif, pertumbuhan ekonomi Pemerintahan Bondowoso sebelumnya, mengalami pertumbuhan yang signifikan lebih dari 5 %, dan dapat lolos dari status daerah tertinggal.

“Tetapi pemerintahan sekarang, setahun berjalan, hanya sibuk dengan urusan mutasi dan kepentingan politik kekuasaan saja. Kabupaten lain sudah mulai lari, disini masih merangkak karena sibuk dengan urusan mutasi dan kontroversi,”tegasnya.

Ia menambahkan,  tipikal pemimpin ASN ini nampaknya hanya ingin membangun kekuasan diatas ketakutan. Intimidasi dan ancaman, terutama terhadap bawahan, itulah yang ditampilkan Syaifullah.

“Tak menutup kemungkinan siapapun yang berhadapan dengannya dengan mudah pula diancam. Saya dengar Kepala Bulog, BNI dan Bank Jatim juga sudah pernah diancam mau dipindahkan jika macam-macam dengannya,” ungkap Supriyanto.

Ia melihat, cara berkuasa seperti itu, biasanya menggunakan cara diktator, membangun rezimnya dengan ancaman dan kewenangan kepada siapapun yang dianggapnya akan menggangu eksistensinya.

Kendati cara seperti ini karena ada yang tak beres. Lalu pola penyelesaiannya menggunakan cara-cara negosiasi, seakan semua orang dapat dinilai dengan materi. Agak aneh memang ternyata kultur ini malah digunakan pemimpin yang lahir dari kalangan sipil seperti orang ini. Bahkan berkuasa pada era demokratisasi dengan segala aspek kehidupan publik penuh keterbukaan.

“Militerpun sudah meninggalkan kultur ini sejak era reformasi, lebih menyedihkan, prilaku Sekda sebagai pelayan Kepala Daerah yang dipilih rakyat secara langsung, hari-hari ini selalu membuat blunder, sehingga prestasi berkarya untuk rakyat semakin jauh dari ekspektasi,” kata dia yang 17 tahun mengabdi di TNI AU.

“Seharusnya Sekda membantu Kepala Daerah memberikan pelayanan maksimal guna meningkatkan kesejahtetaan rakyat. Memberi ruang kepada para bawahan untuk lebih kreatif dan bekerja secara profesional dan bertanggungjawab,”urainya.

“Perlu saya ingatkan, perbuatan dan ucapan yang menghina, kasar apalagi bersifat mengancam,  sangat tidak pantas dipertontonkan oleh seorang pemimpin ASN. Mereka pelayan publik, ucapan dan tindakan seharusnya menjadi contoh dan panutan rakyat,” pungkasnya. (sus)

BERITA TERKINI