Penulis : Fahrur Rozi
Ketua Umum Bengkel Sastra IAIN Madura
Editorial IndonesiaPos
Diplomasi keberagaman sosial dan esensi kemanusiaan adalah dua aspek penting dalam menjaga stabilitas global dan keharmonisan antarbangsa.
Artinya,dari keberagaman sosial merujuk pada beragamnya budaya, agama, bahasa, dan tradisi yang ada dalam konteks sosial, yang tentunya dalam era globalisasi, menjalankan diplomasi yang memahami dan menghormati keberagaman ini adalah suatu keharusan,
Dalam konteks ini, diplomasi keberagaman sosial berarti mempromosikan dialog antarbudaya, menghargai hak asasi manusia, dan mendorong toleransi di antara berbagai kelompok sosial. Ini menciptakan fondasi yang kuat untuk perdamaian dan kerjasama internasional. Negara-negara perlu bekerja sama untuk mengatasi konflik yang muncul akibat perbedaan budaya dan agama, dengan mempromosikan dialog, pendidikan, dan saling pengertian.
Sementara itu, esensi kemanusiaan adalah nilai-nilai dasar yang melandasi tindakan kita sebagai manusia. Ini mencakup nilai-nilai seperti empati, solidaritas, dan keadilan. Diplomasi yang berpusat pada esensi kemanusiaan berarti mengutamakan kepentingan manusia di atas segala hal. Hal ini mencakup upaya untuk mengatasi konflik, mengurangi penderitaan manusia, dan memastikan akses universal terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan pendidikan.
Dalam era yang penuh dengan tantangan global seperti perubahan iklim, konflik bersenjata, dan pandemi, diplomasi keberagaman sosial dan esensi kemanusiaan menjadi semakin relevan. Negara-negara dan lembaga internasional perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa keberagaman dihargai, hak asasi manusia dijaga, dan esensi kemanusiaan diutamakan dalam setiap tindakan dan kebijakan yang diambil.
Diplomasi keberagaman sosial merupakan konsep yang penting dalam masyarakat global yang semakin terhubung. Esensi kemanusiaan menekankan nilai-nilai dasar yang universal yang harus ditegakkan dalam setiap aspek diplomasi.
Salah satu argumen yang sering dibahas oleh ilmuwan adalah bahwa diplomasi keberagaman sosial merupakan fondasi utama bagi perdamaian dan stabilitas dunia. Ahli dalam bidang ini, seperti John W. Berry, mengemukakan bahwa memahami dan menghargai perbedaan budaya, agama, dan identitas sosial merupakan langkah awal untuk mengatasi konflik dan membangun hubungan yang harmonis di antara berbagai kelompok masyarakat.
Lebih lanjut, penelitian oleh ilmuwan seperti Martha Nussbaum menyoroti pentingnya esensi kemanusiaan dalam diplomasi. Nussbaum berpendapat bahwa terdapat serangkaian kemampuan dasar yang harus diberikan kepada setiap individu untuk mencapai hidup yang layak.
Ini termasuk kemampuan untuk hidup bebas dari diskriminasi dan kekerasan, serta kemampuan untuk mendapatkan pendidikan dan akses ke sumber-sumber dasar. Diplomasi yang berorientasi pada esensi kemanusiaan harus memastikan bahwa semua negara dan masyarakat bekerja bersama untuk mencapai tujuan ini.
Namun, ada juga kritik terhadap konsep diplomasi keberagaman sosial dan esensi kemanusiaan. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penekanan terlalu kuat pada nilai-nilai universal dapat mengabaikan nilai-nilai lokal dan tradisional yang penting dalam budaya masyarakat tertentu. Oleh karena itu, tantangan utama dalam diplomasi adalah menemukan keseimbangan antara penghormatan terhadap keberagaman dan penegakan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
Artinya diplomasi keberagaman sosial dan esensi kemanusiaan merupakan konsep yang kompleks dan penting dalam konteks dunia yang semakin terhubung. maka penting memahami argumen dari ilmuwan seperti John W. Berry dan Martha Nussbaum, kita dapat melihat betapa pentingnya mempromosikan keberagaman sosial sambil menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Ini adalah tugas bersama masyarakat global untuk menciptakan dunia yang lebih damai, adil, dan inklusif.
Dari uraian di atas, bila ditinjau dari perspektif Islam, baik dari aspek normatif maupun interaktif pengamalan syariat. Pandangan itu secara garis besarnya adalah: Pertama, Penciptaan manusia, bahkan semua makhluk ciptaan-Nya secara berpasangan, memberikan makna adanya saling ketergantungan, hidup bersama, saling berinteraksi dan berinterelasi. Kedua, Nilai-nilai dalam pelaksanaan ibadah shalat berjamaah, puasa, zakat dan haji juga memberikan pelajaran bahwa manusia secara kodrati dituntut untuk empati terhadap sesama.
Jadi, sosialitas merupakan kodrat manusia dalam mengarungi kehidupannya. Mereka tidak bisa hidup sendirian.
Mereka memerlukan yang lain untuk hidup dalam kebersamaan, belajar bersama dalam kehidupan sebagai manusia, mencari kesempurnaan dirinya dalam tata kehidupan bersama. Sebuah kepribadian dari individu-individu dalam komunitas sosialnya akan mencapai kepunahannya jika manusia tidak mampu menerima kehadiran sesama di lingkungannya untuk mencapai tujuan hidup bersama.
Hidup bersama ada secara natural karena masing-masing pribadi menghendakinya. Masing-masing pribadi menghendakinya karena sadar bahwa kesempur- naan dirinya hanya tercapai melalui kebersamaanya dengan manusia yang lain. Hidup bersama ada pertama-tama untuk memenuhi kehendak dan tujuan setiap pribadi manusia guna menyempurnakan dirinya.
Inilah yang dimaksud good life, yakni teraktualisasikannya kesempurnaan hidup masing-masing individu manusia dalam konteks hidup bersama. Inilah inti pandangan Islam terhadap manusia dalam kontek kehidupannya sebagai makhluk sosial.