<

Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Datangi Korban Eksekusi di Perkemahan

BANYUWANGI, IndonesiaPos.co.id

Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Michael Edy Hariyanto mendatangi 36 Kepala Keluarga (KK) korban eksekusi, sehingga warga bisa mengeluarkan aspirasi kepada wakil rakyat. Senin, (18/11 /2019).

Kedatangan Michael dan kawan-kawan membuat suasana sedikit lega. Setidaknya wakil rakyat masih ingat pada konstituennya. Sejak eskavator merobohkan bangunan tinggalnya pada pekan lalu, dirinya mengaku sakit hati lantaran tak satupun wakil pemerintah datang menguatkan batin mereka yang hancur.

“Demi Allah dulu Pak Anas nyalon saya pilih. Tapi kok sekarang kami tidak dilihat,” keluhnya.

Michael pun kecewa dan menyesalkan sikap pemerintah yang acuh terhadap nasib 36 KK korban penggusuran. Mestinya pemerintah hadir di tengah warga yang susah.

“Nanti kami direkomendasikan kepada Ketua DPRD I Made Cahyana Negara supaya memanggil lurah dan camat,”ujarnya, usai berbincang dengan warga di kursi tamu yang tertata di bawah pohon mangga.

Apalagi warga korban penggusuran sengaja bertahan tinggal di bawah tenda, lantaran mereka tidak punya lahan lain untuk ditinggali. Setidaknya pemerintah datang untuk mencarikan solusi. “seharusnya Pemerintah Turun tangan, untuk memberikan solusi, jangan bersikap acuh Seperti ini” imbuhnya

Ketika meliha pada sebuah Perkemahan derita merupakan perkampungan darurat yang terdiri dari tenda seadanya dengan perabot rumah tangga yang berserakan. Sejauh mata memandang terlihat tumpukan material bangunan sisa eksekusi yang dibiarkan menumpuk.

“Dulu pernah dijanjikan uang kerohiman Rp 20 juta. Namun dari jumlah itu ada yang dikasih Rp 5 juta dulu untuk cari kos sementara. Akhirnya warga bertahan di lokasi takut sisanya tak dikasih,” cerita Suamnah (59), salah satu warga, kepada para wakil rakyat.

Bagong menceritakan jeritan penderitaannya kepada wakil rakyat tersebut, warga yang menjadi korban eksekusi banyak anak-anak yang tidak bisa masuk sekolah lantaran seragam dan buku-buku sekolah tidak sempat di selamatkan, begitu juga meraka para korban bingung mencari tempat tinggal yang layak mayoritas sumber penghasilannya mereka sangat minim

“Rata – rata yang bertahan disini ekonomi minus. Kerjanya buruh cuci, tukang cendol, tukang pijat, dan kuli bangunan,” ungkapnya.(Ari Bp)

BERITA TERKINI