BONDOWOSO, IndonesiaPos
Sudah tiga tahun bangunan gedung Puskesmas Pembenatu Pustu di dusun Batuputih desa Ampelan Rt 19/06 kecamatan Wringin, hingga saat in tidak pernah ditempati.
Pembangunan Pustu yang menelan biaya cukup besar hingga puluhan juta rupiah, terbuang sia sia karena pembangunan postu tidak bermanfaat bagi warga setempat.
Sedangkan dana proyek yang berasal dari Dana Desa (DD) tahun 2019, berdekatan dengan desa tetangga seperti desa Gubrih dan desa Banyuwulu.
Salah satu pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso Yudi, yang diperbantukan di Pustu Utama desa Ampelan kepada IndonesiaPos mengemukakan, sebenarnya gedung Pustu itu milik desa Ampelan, dan rencanaya akan ditempati.
“Nah, sejak pak Sunardi masih menjabat kades Ampelan, kami tidak pernah dikasih kunci gedung Pustu itu,”kata Yudi, Selasa, (30/11/2021).
Padahal, kata Yudi, dalam gedung itu banyak peralatan, seperti lemari obat, kursi, dipan dan meja. Hanya saja air yang tidak ada. Namun, diperoleh informasi masih ada sengketa pemilik tanah yang ditempati gedung tersebut.
“Sebenarnya Pustu didusun Batuputih itu sangat dibutuhkan, sehingga dapat melayani masyarakat lebih cepat,”terang Yudi
Informasi yang dihimpun IndonesiaPos menyebutkan, hingga saat ini legalitas tanah yang tempati gedung Pustu tersebut masih belum jelas.
Terpisah, mantan kepala desa (Kades) Ampelan Sunardi, menyatakan bahwa tanah tersebut sudah di hibahkan dan sudah di tandatangani oleh pemilik tanah dan keluarga.
“Jadi, pemilik tanah dan ahli warisnya yaitu Madjali alias Pak Musawir, sudah menandatangi, dan saya sudah memberikan uang sebesar 2 juta,” tutur Sunardi.
Sementara itu, Madjali alias Pak Musawir, membenarkan jika dirinya pernah menerima uang sebesar 2 juta dari Wawan alias Sunardi mantan Kades Ampelan.
“Tapi katanya uang tersebut adalah amal bukan masalah beli tanah untuk dihibahkan,”kata Musawir, yang terbaring karena sakit.
Masih kata Musawir, pihaknya sudah menyampaikan kepada Wawan sebelum di bangun, jika dirinya tidak minta ganti atas tanah saya dihibahkan, asal cucunya di jadikan pesuruh atau pembantu di Pustu itu.
“Kami sekeluarga sudah sepakat, bahkan saya berjanji selama Wawan alias Sunardi menjabat kapala desa cucu saya akan digaji 150 perbulan, akan tetapi janji tersebut hanya merupakan angin surga. Jangankan digaji upah sebagai kuli dibangunan pustu itu belum dibayar sampai sekarang,”ungkapnya.
Warga setempat hanya bisa mengelus dada, karena pembangunan gedung Pustu berasal dari uang rakyat. Padahal warga sangat membutuhkan layanan kesehatan. (Tik)