<

Meski Tidak Mudah Perdamaian di Papua Bisa Terwujud, Tergantung Pemerintah

JAKARTA – IndonesiaPos

Untuk mewujudkan perdamaian di daerah konflik, seperti di Papua masih sangat mungkin untuk diwujudkan. Hal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia Semiarto Aji Purwanto.

Meski Semiarto menyadari bahwa perjalanan untuk mencapai perdamaian itu sangat sulit untuk dilakukan. Namun diperlukan tokoh atau sosok juru damai yang bisa diandalkan untuk menangani permasalahan konflik.

‘Caranya, adalah melakukan pendekatan dengan benar serta melakukan rekonsiliasi. Hal itu hanya bisa dilakukan kerja sama dari semua pihak serta juru damai,”kata Semiarto.

Menurutnya, perdamaian itu sesuatu yang nyata dan masih bisa terwujud. Bukan masih bisa dan tidak bisa, tetapi niscaya. Kalau tadi pertanyaannya masih bisa nggak kita menyepakati perdamaian-perdamaian, misalnya di daerah konflik seperti di Papua?,”ujar Semiarto saat memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (25/4/2024).

Semiarto menjelaskan, suatu hal yang nyata dan masih bisa terwujud. Jadi itu adalah suatu keniscayaan untuk mencapai perdamaian. Namun, perdamaian bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

“Walaupun kita tahu tugasnya berat. Bukan tidak mungkin, tapi bukan mudah juga ya. Itu yang harus dipelajari,”tambahnya.

Semiarto menambahkan barangkali teori perdamaian itu ada. Meski tetap saja untuk menangani dan menjadi seseorang yang terlibat dalam penyelesaian konflik harus memperbanyak mengkaji berbagai studi kasus tentang konflik pula.

 

Apalagi, kata Semiarto, tidak mudah menjadi seorang mediator dan juru damai dalam sebuah konflik, terlebih eskalasinya bisa demikian tinggi dan melibatkan banyak pihak.

“Tantangan menjadi juru damai memiliki dinamika yang sulit. Untuk mencapai kata kesepakatan damai, termasuk strategi. Itu semua harus dipelajari dari banyak studi kasus,”pungkasnya.

Sementara itu, mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan semua konflik yang terjadi di masyarakat maupun antar negara, bisa diselesaikan. Termasuk konflik di Papua.

“Semua itu tergantung pada keseriusan dari pemerintah untuk menangani konflik yang ada,”kata JK.

JK, menuturkan semua konflik bisa selesai apabila yang ingin menyelesaikan konflik itu mengerti betul apa akar masalah yang ada. Bahkan JK menegaskan jika dirinya bisa juga menjadi mediator dalam konflik di Papua.

“Karena saya terlibat dalam penyelesaian empat konflik terakhir, Papua itu, semua kita ingin selesaikan. Tetapi Pak Jokowi ingin selesaikan sendiri, jadi saya tidak masuk. Sebenarnya itu bisa diselesaikan. Karena saya bisa berikan konsultasi ke pemerintah,”ujarnya.

“Seperti konflik di Thailand, Afganistan, semua datang ke saya, ke Indonesia, untuk meminta bantu agar bisa diselesaikan. Karena Aceh selalu jadi case, dan berbeda di dunia ini cara penyelesaiannya. Panglima tertinggi di Thailand bertanya bagaimana cara menyelesaikan konflik di Thailand dengan cara Aceh? Bisa, saya bilang,”tambahnya.

JK menjelaskan hal pertama yang harus dilakukan dalam menangani konflik ialah mengenali dan mempelajari apa inti dan akar masalah dari konflik tersebut.

JK juga mengaku untuk menangani suatu konflik, pihaknya bisa membaca buku berhari-hari serta mendalami kejiwaan dan kebatinan warga yang terlibat konflik.

“Saya, waktu itu, tiap kali, waktu Ambon, saya kumpulkan semua sejarah Ambon, kebudayaan, cara orang Ambon berpikir. Saya butuh kira-kira seminggu untuk membaca buku-buku itu. Di mobil saya selalu ada buku, di jalan memutar lagu Ambon. Supaya suasana saya suasana Ambon, saya mengerti jiwanya. Itu yang pertama kita harus pelajari. Anda bawa diri Anda seperti orang Ambon, bawa diri Anda seperti orang Aceh,”jelasnya.

Dengan mengenali lebih dalam akar dan kebatinan warga yang berkonflik, JK berpendapat dapat diidentifikasi pendekatan apa yang pas untuk menangani konflik yang ada.

5 Jenazah Anggota KKB di Yahukimo Papua Pegunungan di Evakuasi

 

BERITA TERKINI