JAKARTA, IndonesiaPos
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan pertemuan bilateral antara Indonesia dan beberapa negara telah mencapai suatu kesepakatan yang baik, bahwa mereka sangat mendukung Presidensi Indonesia dalam G20 tahun depan (2022).
Pertama, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison dilakukan pembahasan tentang energi dan perubahan iklim.
“Australia mendukung kebijakan di sektor energi dan transisi energi yang sudah dijalankan Indonesia, di mana transisi energi itu harus diikuti juga oleh pembiayaan dan investasi terkait iklim,” kata Menko Airlangga dalam keterangan pers hari ini, Minggu (31/10/2021).
Pembahasan kedua, lanjut Airlangga, mengenai teknologi yang tersedia dan terjangkau.
“Ini juga diharapkan bisa mempercepat (terbentuknya sistem) energi hijau di Indonesia,” sebutnya.
Selanjutnya, keduanya membahas tentang Vaccinated Travel Line (VTL). Airlangga menyebut, Australia akan merevitalisasi turis dan membolehkan Warga Negara (WN)-nya untuk bepergian ke luar negeri, termasuk ke Indonesia, bagi warganya yang sudah divaksin dua kali (dosis lengkap).
Australia, kata dia, juga akan mengikuti aturan masa karantina yang diterapkan Indonesia saat adanya kunjungan dari luar negeri.
“Mereka akan membuka (kunjungan) untuk orang Indonesia terutama di dua negara bagian yang sudah membuka, yaitu New South Wales dan Victoria. Mereka juga mengharapkan mahasiswa Indonesia bisa kembali belajar di Australia,” ungkap Airlangga.
Indonesia dan Australia juga sepakat bahwa persoalan ekonomi digital harus dibahas di Presidensi G20 Indonesia tahun depan, khususnya agar kebijakan dan regulasi di sektor itu tidak berbeda dengan sektor konvensional, utama dari segi platform digital.
“Diharapkan bullying di media sosial akan diatur oleh para platform secara bertanggung jawab dan seimbang,” imbuhnya.
Dukungan dari Presiden Prancis Emmanuel Macron
Pertemuan kedua dengan Prancis membahas tentang kerja sama di bidang alat utama sistem senjata (alutsista) termasuk mengenai keterlibatan, ketersediaan, maupun konten lokal, yang diproduksi kedua negara. Prancis tentunya juga mendukung Indonesia dalam Presidensi G20 tahun 2022.
“Dalam posisi Presiden Prancis yang saat ini juga menjabat sebagai Presiden Uni Eropa (UE) tentu Pak Presiden juga minta adanya akselerasi pembahasan dari Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA), yang kita harapkan akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan sebaliknya, jadi ‘kue’ Indonesia di Eropa bisa meningkat. Diharapkan juga dengan Presidensi Indonesia G20, kita akan mempunyai daya tawar yang tinggi, sehingga diharapkan akan ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” ujar Airlangga.
Dukungan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Ketiga, pertemuan ini membahas kerja sama Indonesia-Turki CEPA, khususnya tentang minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia.
Menko Airlangga mengatakan, awalnya pasar CPO Indonesia besar di Turki, namun sejak negara tetangga memiliki CEPA juga, nilainya jadi menurun.
“Jadi untuk mengembalikannya, tentu kita perlu mengakselerasi ini. Bapak Presiden menugaskan Menteri Perdagangan menangani CEPA (dengan Turki) tersebut,” katanya.
Terkait UMKM, Menko Airlangga memaparkan, hal ini menjadi prioritas Indonesia, seperti yang diungkapkan Presiden Jokowi saat berpidato pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
“Beberapa program inklusif yang sudah dilakukan, baik dalam bentuk Program Mekaar, UMi, KUR, serta onboarding UMKM ke sektor digital yang melibatkan 65 juta UMKM, dan sebagian besar (pengusahanya) adalah perempuan. Misalnya, (Ratu Belanda) Queen Maxima mengambil contoh kegiatan inklusif yang ada di Indonesia salah satunya digitalisasi ojek online, serta PM Italia Mario Draghi yang juga mengapresiasi berbagai program yang disampaikan Presiden,” pungkasnya.
Di samping itu, Menko Airlangga juga membeberkan rencana pembangunan industri Green Hydrogen (Hidrogen Hijau) di Kalimantan Utara di kawasan seluas 13 ribu hektare.
“Sedang dibahas (investasinya) dengan Fortescue Metals Group (FMG) yang dipimpin oleh Andrew Forest yaitu sebesar 3 ribu hektare, dan itu akan mengintegrasikan antara energi berbasis hydro, lalu investasi di bidang pembangkitan hydrogen economy, dan juga terkait petrokimia kompleks. Diharapkan proyek tersebut dapat menyerap energi dan pembangkitan listrik yang besar,” ungkap Airlangga.