BLITAR, IndonesiaPos
DI Kabupaten Blitar Pandemi Disease Corona Virus (Covid-19 ) belum bisa dipastikan kapan akan selesai, tak hanya dampak kematian namun juga membuat perekonomian diseluruh dunia lumpuh total.
Untuk menatap ketidak pastian kapan berahirnya masa pandemi, nampaknya Pemerintah harus berani bersikap untuk progres ke depan melawan ganasnya Virus Covid 19, yakni dengan persiapan Indonesia menuju tatanan baru yang didengungkan dengan sebutan “New Normal” yang berarti masarakat Indonesia harus dan wajib mengikuti tatanan pola hidup baru normal dalam keseharianya.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Abdul Munib menilai, pandemi Covid-19 yang sangat besar mau tidak mau harus mengubah cara manusia beraktivitas sehari-hari, mulai dari bekerja, beribadah, berinteraksi dan lainnya.
Menurut politisi dari Fraksi PKB ini,langkah yang harus dipersiapkan
menuju new normal atau prosedur standar pola hidup baru di tengah pandemi adalah harus disiplin dan dukungan dana dari pemerintah khususnya untuk Pondok Pesantren.
“Yang utama adalah disiplin ketat dan penerapan pola-pola kehidupan baru, disiplin dimulai dari diri kita sendiri sebelum kita mengajak orang lain untuk disiplin misalnya tidak hanya kepada tamu kita mewajibkan untuk cuci tangan terlebih dahulu, namun juga kepada keluarga,”kata Munib.
Lanjut Munib, ditengah pandemi seperti sekarang ini dihadapkan pada dua pilihan, mau menang atau kalah. Kalau mau menang melawan wabah ini maka tidak ada pilihan lain kecuali sikap disiplin yang ketat.
Pihaknya juga menyikapi tentang rencana dibukanya kembali sekolahan dan pesantren serta pelayanan umum seperti pasar tradisional dan pasar modern, dan lainnya.
“Ini benar benar harus diterapkan protokoler kesehatan yang lebih ketat lagi. Misalnya saat anak-anak hendak masuk area sekolah disediakan banyak tempat cuci tangan agar tidak berebut. Pemeriksaan suhu tubuh dengan Thermo Gun,”ujarnya.
“Lalu di pondok pesantren harus lebih ketat lagi karena santrinya bisa dari luar daerah sehingga perlu disemprot secara berkala di semua area pondok, jangan sampai Pondok Pesantren jadi kluster baru penyebaran Corona,”tambah dia.
Meski di Kabupaten Blitar sendiri sudah melaunching kampung tangguh
bencana di Kampung Baru di Beru Wlingi. Munib berpendapat bahwa didirikannya kampung tangguh bencana ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kelurahan atau desa yang lain di Kabupaten Blitar.
“Akan lebih baik lagi kalau di tiap Kecamatan ada satu kampung tangguh bencana,”tegasnya.
Virus Corona, ini tidak hanya berdampak pada kesehatan namun juga ekonomi dan sosial. Untuk mengatasi persoalan ekonomi bisa mengaktifkan lumbung desa. Panen baru saja usai, hasil panen bisa dibeli oleh BUMDES yang anggarannya dari Dana Desa, dibeli sesuai harga normal bukan harga tengkulak. Pelaku usaha di desa diarahkan untuk Bela Beli produk lokal.
“Jadi tidak hanya sebagai slogan akan tetapi benar-benar diterapkan, minimal dalam masyarakat itu sendiri. Agar belanja ke tetangga sendiri,”terang Munib.
Dia menyarankan, pada pemanfaatan lahan sekitar rumah juga bisa menjadi alternatif mengurangi beban belanja masyarakat. Lahan sekitar rumah bisa ditanami tanaman produktif misalnya sayur mayur, tanaman obat tradisional digalakkan agar tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak produktif.
“Sehingga dampak ekonomi bisa mulai teratasi. Desa tangguh secara ekonomi,”pungkasnya.(Lina)