JAKARTA, IndonesiaPos
Duet Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Wakil Menhan Sakti Wahyu Trenggono telah memasuki masa 100 hari bekerja.
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati menilai kombinasi keduanya saling bersinergi dalam kerja-kerja memajukan sektor Pertahanan Indonesia.
Sehingga Susan berpandangan kinerja
keduanya di sektor pertahanan tak bisa hanya dilihat secara terpisah, tapi
lebih koperehensif.
“Jangan dilihat secara terpisah di mana
sesungguhnya apa yang dilakukan keduanya bersinergi,” ujar Susan dalam pesan
singkat, Minggu (26/1/2020).
Dalam bekerja sosok Prabowo dan Sakti dinilai
Susan saling melengkapi satu sama lain. Prabowo yang memiliki peran
mengambalikan Sishanrata dan melakukan diplomasi pertahanan geopolitik hingga
geosgrategi.
Sementara Sakti, ingin merevitalisasi industri
pertahanan yang diharapkan memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan
ekonomi, dan juga menekan current account defisit.
Susan berharap konsep pertahanan negara pada
tahun 2020 bisa meneruskan Program MEF 2020-2024. Dia ingin kunjungan diplomasi
Menhan ke Turki dan Cina bisa membuka peluang akselerasi dalam pemenuhan
kebutuhan Alutsista TNI.
“Berbagai sistem persenjataan yang ditawarkan
kedua negara dinilai cukup proporsional di dalam mewujudkan Nerwork Centric
Warfare sebagaimana yang telah dicanangkan Panglima TNI selama ini,”
ucapnya.
“Baik Program MEF 2020-2024 yang diintegrasikan
ke dalam Network Centric Warfare merupakan sistem pertahanan negara yang jauh
lebih efektif dan efisien,” tambahnya melengkapi.
Lebih lanjut, Susan mengatakan rencana pemenuhan
Alutsista TNI lima tahun mendatang patut disambut baik. Hal ini sejalan dengan
Organisasi TNI yang baru telah disahkan melalui Perpres Nomor 66 tahun 2019.
Selian itu kata Susan Penggelaran kekuatan TNI
di Indonesia bagian Timur juga harus menjadi perhatian pemerintah dengan
konsentrasi penyelesaian separatisme Papua.
Situasi kamtibmas di Papua lanjut Susan bida
menjadi tolak ukur keberhasilan TNI dalam melaksanakan OMSP sebagaimana dimuat
dalam UU TNI dan RUU Perbantuan TNI.
“Dari data-data intelijen beberapa tahun
terakhir maka TNI diharapkan lebih aktif lagi di dalam mewujudkan stabilitas
keamanan regional,” tuturnya.
Kemudian, Susan turut meminta TNI agar bisa
menjadi leader diantara militer di negara-negara anggota ASEAN. TNI menurutnya
dapat menyusun program aksi keamanan regional yang mengacu pada ASEAN
Political-Security Community.
“Kawasan perairan Laut Sulu antara
Indonesia-Filipina-Malaysia dapat menjadi fokus TNI di dalam menunjukkan
leadership di ASEAN. Dengan mewujudkan ketahanan regional, maka otomatis TNI
juga dapat mewujudkan ketahanan nasional,” imbuhnya.
Terakhir, seiring dengan berkembangnya Revolusi
Industri 4.0 menurut Susan secara otomatis menuntut Kemenhan dan Mabes TNI
untuk lebih berinovasi menciptakan taktik peperangan dan strategi tempur yang
lebih baik dan sesuai dengan Alutsista yang dimiliki.
“Disinilah dan terlihat pilihan Jokowi
terhadap Prabowo-Trenggono untuk mengawal pertahanan nasional sudah tepat
karena kompetensi keduanya saling mengisi disamping sebagai wujud dari
rekonsiliasi nasional mengingat latar belakang keduanya kala Pilpres
2019,” tutupnya.