PAMEKASAN – IndonesiaPos
Masyarakat Desa Proppo dan keturunan Ki Aryo Minak Senoyo (Bhuju’ Ghajam) menggelar peringatan Haul dan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad, pada 25 bulan Rajab di Langgar Gayam, Desa Proppo, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Madura Jawa Timur.
Rangkaian acara tersebut menyuguhkan kegiatan festival Budaya kraton Parupuh Pamekasan itu mendapat apresiasi dari Kemenparekraf Sandiaga Uno, dalam bentuk video Tapping.
Salah satu keturunan Ki Aryo Minak Senoyo, Raden Miftah mengatakan, ini kegiatan yang biasa dilaksanakan setiap tahun sebagai sarana silaturahim bagi masyarakat dan keturunan Bhuju’ Ghajam.
“Haul Bujuk Ratoh Ghejem Aryo Menak Senoyo ini rutin diselenggarakan setiap tahun pada 25 Bulan Rajab,”ujarnya.
Pihaknya juga menyantun anak Yatim, Dhu’afa, pemeriksaan kesehatan gratis dan Khitanan Massal Dhu’afa.
“Kami harap kedepannya bisa berkembang lebih meriah serta lebih baik lagi, sehingga nanti bisa menampilkan budaya dari Kraton Parupuh, sehingga dikembangkan dan dilestarikan oleh kita bersama. Meskipun anggarannya terbatas dan masih menuggu uluran tangan para dermawan,”ujarnya.
Tujuan dari pada kegiatan ini, sebutnya, dengan harapan dapat mendekatkan hubungan lahir batin, menjadi sarana silaturrohmi dan do’a bersama keluarga besar Bujuk Ratoh Ghejem Aryo Menak Senoyo bersama seluruh keturunannya di Madura.
“Banyak potensi dari peninggalan para leluhur yang belum kita sentuh dan belum kita garap.
Misalnya saja, pada pelestarian sisa-sisa peninggalan Kraton, baik yang berupa benda maupun tidak benda,”tuturnya.
Dia mengaku, banyak usulan tentang pentingnya didirikan sebuah Museum, Rehabilitasi situs Kraton, pendirian Pondok Pesantren, Panti Asuhan, Lembaga Pendidikan PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Sampai Perguruan Tinggi.
Selain Itu ada banyak usulan untuk membuat organisasi dengan nama Laskar Aryo Menak Senoyo, sebagai wadah organisasi keluarga besar Bujuk Ratoh Ghejem ini.
Banyak peninggalan bersejarah seperti lambang Tombak, Kuda Terbang, Bintang Tiga, Ukiran Bunga Teratai dan Ukiran Lambang Mangku Bumi yang diambil dari simbol-simbol yang ada di Kraton Parupuh.
“Oleh karena itu kami berharap ada perhatian dari Pemerintah Daerah, Provinsi dan Pusat sehingga Budaya Kraton Parupuh ini bisa di masukkan dalam anggaran APBD Kabupaten, APBD Provinsi maupun APBN Pusat,”imbuhnya. (ima/heny)
Keraton Kasunanan Ricuh, Cucu Raja Surakarta Digebuki Hingga Ditodong Pistol