<

Megawati Pilih Puan Maju Capres, Muslim Menolak Dipimpin Perempuan

JAKARTA, IndonesiaPos – Beredar kabar, hari ini, Senin, (22/8/2022), Ketua DPR RI yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani akan memulai safari politiknya menemui ketua umum partai politik atau parpol.

Pimpinan parpol pertama yang ditemui Puan adalah Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Puan dijadwalkan akan menemui Paloh di Nasdem Tower, Senin, 22 Agustus sekitar pukul 10.00 WIB. Hari ini.

Menurutnya, ia saat menemui Paloh tak akan ditemani dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Ia menekankan demikian karena Megawati usai Rakernas PDIP pada Juni lalu, sudah menugaskan dirinya agar bersilaturahmi dengan pimpinan parpol.

Puan bilang rencana pertemuan hari ini dengan Paloh akan membahas silaturahmi untuk Indonesia yang lebih baik. Pun, dia menganggap Paloh sebagai senior dan teman dari orangtuanya.

“Pak Surya ini kan senior saya, om saya, teman ortu saya jadi saya yang datang ke Nasdem Tower,” kata Puan.

Nampaknya Megawati mempersiapkan Puan Maharani untuk maju di Pilpres tahun 2024 mendatang. Dengan komunikasi menemui pimpinan lintas parpol, Megawati punya skenario lebih pilih Puan  ketimbang kader PDIP yang lain.

BACA JUGA : 

Menanggapi rencana itu, salah satu warga Bondowoso, Budi Supratino mengaku itu sebuah kesalahan bagi PDIP. Sebab, partai oposisi seperti PKS memang menghendaki dan mendorong Puan maju sebagai Capres. Alasannya  akan lebih mudah memprovokasi pemilih agar tidak memilih Presiden kaum perempuan, karena mayoritas Islam tidak menghendaki dipimpin perempuan.

“Nah ini yang akan dijadikan senjata oleh partai oposisi, karena politik identitas akan tetap di jadikan senjata oleh mereka,”kata Budi kepada IndonesiaPos. Senin, (22/8/2022).

Budi juga mengaku, jika dirinya bukan orang PDIP. Sebagai orang desa, hanya merasa  prihatin jika nantinya Megawati benar-benar memilih Puan maju sebagai Capres, karena nanti Puan akan jadi bulan-bulan dibuli oposisi.

BACA JUGA : 

“Meskipun PDIP sebagai partai pemenang. Tapi, masyarakat bukan memilih partai. Namun, memilih Presiden, sedangkan Presiden dari perempuan dipastikan akan ditolak oleh rakyat Indonesia yang mayoritas penduduk Muslim, karena mereka tidak menghendaki Islam dipimpin perempuan”tegasnya.

Kalau boleh menyarankan, sambung Budi, Megawati dapat menunjuk kader laki-laki, karena PDIP banyak kader yang potensi menjadi pemimpin, menggantikan Joko Widodo.

“Karena kalau dipaksakan, akan menjadi preseden buruk bagi PDIP. Bahkan, warga PDIP berpotensi memilih calon presiden yang lain,”imbuhnya.

BERITA TERKINI