JAKARTA – IndonesiaPos
Sedikitnya 16 orang tewas setelah kebakaran besar melanda sebuah pabrik garmen di kawasan Mirpur, Dhaka, Bangladesh, Selasa (14/10). Pejabat pemadam kebakaran memperingatkan jumlah korban masih bisa bertambah karena proses pencarian terus berlangsung.
Menurut Dinas Pemadam Kebakaran Bangladesh, seluruh korban ditemukan dalam kondisi hangus dan sulit dikenali. Api yang mulai berkobar sekitar tengah hari waktu setempat berhasil dipadamkan setelah tiga jam. Namun, gudang bahan kimia di bangunan sebelahnya masih terbakar hingga malam hari.
“Para korban kemungkinan meninggal seketika setelah menghirup gas beracun dalam konsentrasi tinggi,” kata Direktur Pemadam Kebakaran, Mohammad Tajul Islam Chowdhury, kepada media lokal.
Polisi dan militer masih berupaya melacak pemilik pabrik dan gudang tersebut. Penyelidikan awal tengah dilakukan untuk memastikan apakah kedua fasilitas itu beroperasi secara legal.
Penyebab Diduga Dari Gudang Kimia
Belum diketahui pasti bangunan mana yang pertama kali terbakar. Namun, saksi mata menyebut gudang di lokasi tersebut menyimpan bahan kimia berbahaya seperti bleaching powder, plastik, dan hidrogen peroksida, yang mudah mempercepat penyebaran api dan menghasilkan asap beracun.
Kepulan asap tebal tampak membumbung dari lokasi kebakaran, sementara puluhan keluarga korban menangis di luar pabrik, sebagian memegang foto kerabat mereka yang hilang.
Rangkaian Tragedi Serupa
Kebakaran besar bukan hal baru di Bangladesh, negara dengan sektor industri padat karya dan standar keselamatan yang sering kali diabaikan.
Pada 2021, kebakaran di sebuah pabrik makanan menewaskan 52 orang. Hasil penyelidikan mengungkap pabrik itu dibangun secara ilegal tanpa jalur evakuasi darurat. Dua tahun sebelumnya, 78 orang tewas dalam kebakaran cepat di kawasan bersejarah Dhaka.
Tragedi terburuk di negara itu terjadi pada 2013, ketika gedung Rana Plaza yang berlantai delapan ambruk akibat kegagalan struktur, menewaskan lebih dari 1.100 pekerja.
Pemerintah Bangladesh berjanji memperketat pengawasan terhadap keselamatan kerja dan izin industri, namun kebakaran terbaru ini kembali menyoroti lemahnya penegakan aturan di sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung ekonomi negara tersebut. (mi)