<

Pengelolaan Aset Negara Belum Maksimal

JAKARTA, IndonesiaPos.co.id

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa secara keseluruhan pengelolaan aset-aset  milik pemerintah atau negara di Indonesia masih belum maksimal. Sri Mulyani “menyindir” banyak Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kurang peduli terhadap pentingnya pengelolaan aset.

Menurut Sri Mulyani menjelaskan bahwa kebanyakan para pegawai negeri fokusnya hanya terkonsentrasi pada penerimaan negara dan penyerapan anggaran belanja, padahal menurutnya total nilai aset negara yang belum dievaluasi nilanya diperkirakan memcapai 6.000 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa nilai aset negara sebesar Rp 6.000 triliun itu diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan adanya program revaluasi Barang Milik Negara (BMN) diselesaikan.

“Kepemilikan aset yang begitu banyak setelah reformasi dan rezim keuangan baru, pengelolaan aset menjadi mata rantai yang tidak putus dalam pengelolaan anggaran negara, namun sekitar 85 persen hingga 90 persen kita masih berpikir pada APBN, berapa banyak penerimaan, belanja, dan berapa defisit biayanya,” kata Sri Mulyani di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (29/10/2019).

MMenurut Sri Mulyani, tahun 2019, pemerintah telah mengalokasikan anggaran belanja sebesar Rp 2.461,1 triliun. Seharusnya setiap rupiah direncanakan dengan matang terlebih bagi program penciptaan terkait aset-aset negara.

Setiap program pembangunan aset negara baru sebatas pada pencapaiannya saja. Padahal setiap aset yang dibangun harus dipikirkan juga masalah pendataan dan pemeliharannya. Sri Mulyani mencontohkan seperti adanya keputusan pemindahan ibu kota negara.

“Kalau ibu kota negara pindah, kita baru sadar aset-aset negara ini mau jadi apa, akan diapakan, bagaimana pengelolaannya, jangan hanya memikirkan pembangunan ibu kota baru, tapi memikirkan bagaimana nasib aset-aset di Jakarta yang diperkirakan Rp 1.400 triliun,” kata Sri Mulyani kepada wartawan di Jakarta.

Sri Mulyani menjelaskan bagaimana caranya mengelola aset negara itu juga menggambarkan peradaban. Selama ini masih banyak yang berjuang untuk mendapatkan anggaran demi merealisasikan setiap program pembangunan yang sudah dirancang.

Menurut Sri Mulyani etelah mendapatkan anggaran, baru kemudian dilakukan proses pembangunannya. Sri Mulyani menambahkan bahwa proses pengelolaan dan pemeliharaan aset dari suatu pembangunan jarang direncanakan dengan matang.

“Kita sibuk untuk berusaha mendapatkan alokasi dan membangun, kemudian terlihatlah banyak aset-aset yang keleleran, nggak sinkron, Itu menggambarkan peradaban kita meng-organizediri kita sendiri, cara kita menggunakan uang, mengalokasikan, membangun, memeliharanya, dan membangun” pungkas Sri Mulyani Indrawati. (rri*)

BERITA TERKINI