BONDOWOSO, IndonesiaPos
Musim kemarau, petani di Bondowoso rata-rata lebih cenderung memilih menanam jagung ataupun kedelai dibandingkan dengan padi. Untuk mengatasi kecenderungan tersebut Disperta Bondowoso menyiasatinya dengan menanam tumpang sari.
Hal itu dilaksanakan sesuai dengan Program Kementan dan arahan Dirjen Tanaman Pangan,terang Mantri tani Perta Bagus Legowo SP.
Penerapan Pola tanam tumpangsari ini sudah berjalan semenjak November 2018 di Desa Sempol kecamatan Prajekan. “Sedangkan benih yang di tanam di antaranya, jagung betras 1, benih jagung HJ21, untuk benih padinya dalah jenis situbagendit,”katanya.
Ditegaskan, cara pengolahan lahan untuk tanaman tumpangsari, yang pertama dibajak terlebih dahulu, setelah itu baru benih jagung ditanam.
“Selanjutnya, setelah kurang lebih tiga minggu, kita ikuti penanaman bibit padi dengan cara tugal,”imbuhnya.
Ia sangat bersyukur setelah sudah 3 bulan berjalan tanaman tumpangsari padi jagung di Desa Sempol sudah tumbuh bagus.
“Kami bersama PPL yang lain sangat senang melihat pertumbuhan tanaman tumpangsari itu, ini pula membuat Petani di desa sempol sangat antusias dengan adanya program tumpangsari,”ujarnya.
Ia berharap, ke depan petani dapat memahami pola tanam yang telah disosialisasikan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu. Karena tumpang sari ini merupakan upaya dari program intensifikasi pertanian.
“Tujuannya adalah, untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah,”pungkasnya.(sus)