<

Subsidi Minyak Goreng Dicabut, PKL di Sumenep Mengeluh

SUMENEP, IndonesiaPos – Akibat pandemi Covid-19, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan, karena kesulitan  ekonomi Bagik masyarakat kelas menengah kebawah.

Seorang pedagang kaki lima Kisnawati, mengeluhkan persoalan kelangkaan minyak goreng yang menjadi kebutuhan pokok ibu rumah tangga.

Apalagi setelah harga eceran tertinggi (HET) dicabut, sehingga harga minyak goreng naik drastis, dan berdampak daya beli masyarakat yang tidak mampu.

“Sedangkan Negara Indonesia merupakan negara yang kaya raya dengan kualitas kelapa sawitnya dan rempah rempah yang ada di perut Bumi Pertiwi ini,”tuturnya.Senin (21/3/2022).

Sementara kebutuhan masyarakat semakin bertambah, apalagi menjelang bulan puasa, dan seharusnya Negara hadir untuk mengurangi beban hidup masyarakat.

“Negara ingin bergerak dengan sistem para oligarki (kaum pemodal besar). pelan pelan memberikan kepada para pengusaha besar terkait hajat banyak orang, buktinya HET minyak goreng sudah di cabut dan harga minyak goreng  di atur oleh kaum pemodal besar,”katanya.

Kisnawati, menilai minyak goreng, seharusnya tetap ada jaminan dan tanggung jawab dari pemerintah soal HET, jangan sampai di hilangkan, Ini hajat hidup orang banyak

Jangan sampai Negara di atur oleh para pemodal besar, jika ini terealisasi maka akan terjadi krisis ekonomi. Bagaimana memulihkan perekonomian masyarakat,  tiba tiba pemerintah langsung mengeluarkan kebijakan mencabut HET, sehingga minya goreng mahal,” ucapnya.

Masyarakat Indonesia sangat terpukul dengan adanya kebijakan tersebut, karena kebijakan itu bukan untuk kepentingan masyarakat.

Sebenarnya rakyat Indonesia bukan minta di gratiskan, rakyat cuma minta harga di murahkan saja.

Jika semua bahan bahan pokok mahal, maka ini adalah kegagalan rezim pemerintahan Joko Widodo,”pungkasnya.

Reporter : min/hen

BERITA TERKINI