JAKARTA,IndonesiaPos
Ketua Umum Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Suriyanto, angkat bicara terkait penyataan Bupati Bogor Ade Yasin beberapa waktu lalu, yang di nilai mengusik wartawan di Kabupaten Bogor.
Menurut Ketua Umum PWRI ini, dirinya memberikan pandangan terhadap Ade Yasin, bahwa Bupati Bogor sebagai pemimpin seharusnya tak perlu bicara tentang wartawan Bodrex atau bodong.
“Sepanjang seseorang ada keinginan untuk menjadi wartawan, tentunya tidak tiba-tiba bisa nulis dan menjadi reporter. Apa lagi yang berasal dari orang biasa atau otodidak, bukan dari akademisi. Hal ini yang harus dipahami oleh Bupati Bogor. Ada wartawan baru belajar berdiri di satu media online ataupun cetak,” kata Suriyanto kepada media ini, Selasa (22/06/21).
Hal ini, menurut Suriyanto sah sah saja, sepanjang orang tersebut memiliki identitas keterangan magang atau kartu magang dari media tempatnya bekerja.
“Saya minta Bupati Bogor untuk menjelaskan statment yang dimaksud,” ungkap Ketum PWRI ini, sembari menutup percakapan dengan awak Media”Tandasnya.
Terpisah Ade Yasin Bupati Bogor saat di Konfirmasi terkait beredarnya di beberapa media Sebelumnya,saat menghadiri acara Rebo Keliling di Kecamatan Klapanunggal, Rabu (16/6) lalu, mengungkapkan kegeramannya terhadap wartawan oknum gadungan yang selama ini mengganggu kinerja para kepala desa (Kades).
Ade Yasin menyebutkan, selama ini para kades diganggu oleh sejumlah LSM dan wartawan yang tidak jelas identitasnya. Sehingga mereka kesulitan untuk bekerja.
“Jadi kades sering didatangi wartawan’bodrek’,atau LSM yang tidak jelas identitasnya,atau juga oknum yang mengatasnamakan aparat penegak hukum. Keberadaan oknum-oknum ini mengganggu kinerja kita, mencari-cari kesalahan,” ujar Ade Yasin. yang wartawan Bodrex atau bodong.
Terkait sebutan tersebut dia menjelaskan, sebutan wartawan bodrek ini disematkan untuk mereka para Oknum yang mengku sebagai wartawan “ataupun Pers” tetapi sebenarnya hanya sebatas wartawan gadungan yang tujuannya mencari keuntungan pribadi.”Terangnya.
“Oknum Wartawan ini biasanya juga di sebut Wartawan tanpa surat kabar (media) kerena beberapa dari mereka bukan Wartawan Asli yang berafiliasi dalam sebuah perusahaan Pers sehingga beritanya fikitif dan tidak pernah tayang.”pungkasnya.(hen)