JAKARTA – IndonesiaPos
Guru Besar Institute Pertanian Bogor (IPB) Profesor Dwi Andreas Santoso menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) kurang memperhatikan perbaikan kesejahteraan petani sepanjang menjabat.
“Sementara ini juga tidak ada perbaikan yang signifikan (untuk) mereka (petani),”kata Andreas dalam diskusinya dengan Media Indonesia, dengan tema “Dinasti Menjadi-jadi, Pengadilan Rakyat Menanti” yang disiarkan pada Minggu (17/3/2024).
Andreas menyatakan, dirinya sering dipanggil Jokowi untuk meminta saran perbaikan di sektor pangan sejak 2014.
Namun, langkah Kepala Negara tidak pernah sama dengan harapan atas paparan yang diberikan pada Jokowi.
“Jadi, beberapa kali saya juga diminta masukan beliau dan Pak Jokowi selama masa kepemimpinan beliau dan ternyata agak berbeda dengan harapan yang kami sampaikan kepada Presiden terkait dengan isu-isu kesejahteraan petani,”beber Andreas.
Andreas juga menyebut Jokowi telah mencatat sejarah impor beras terbesar selama 25 tahun. sehingga nasib petani tidak sejahtera.
“Isu pangan begitu mencuat pada terakhir ini mulai 2023 dengan impor beras yang terbesar selama 25 tahun terakhir,”ujar Andreas.
Oleh karena itu, Andreas menolak diajak gabung dengan konsep politik praktis pemerintah. Karena nasib petani masih sangat buruk di era Jokowi.
“Petani kita ada lapisan terbawah di negeri ini,” tutur Andreas.
Sejumlah pihak menyebut Jokowi hanya pandai bermain kata-kata, bahkan bersandiwiara, sehingga masyarakat petani hanya dicekoki nyanyian bisa seorang Jokowi.
“Kita sudah tahu, Jokowi hanya pandai berkata-kata, hingga membuat masyarakat terhipnotis oleh bualan Jokowi,”terang Suprayogi, aktifis HAM Jawa Timur.
Akibat bualan manisnya, menurut Suprayogi, hutang Negara mencapai ribuan triliun, sehingga meninggalkan hutang bagi pemerintahan yang akan datang.
“Kita tidak pernah menyangka pada Jokowi, yang selama ini kita anggap patuh aturan, ternyata saya menduga aturan di acak-acak,”tegasnya.
Salah Satu Kios di Pakem Catut Nama Nenek Tak Punya Lahan Pertanian Tebus Pupuk Bersubsidi 800 Kg