BLITAR,IndonesiaPos
Semarak bersih desa Rejowinangun ini bertajuk “Berbudaya, Bersemangat, Bersinergi dalam Harmoni” ini merupakan bentuk rasa syukur pada Allah SWT yang telah memberi keselamatan, kemudahan dan kelancaran bagi seluruh warga desa. Sehingga, budaya bersih desa desa Rejowinangun yang dilaksanakan tiap tahun, merupakan tradisi yang tidak dipisahkan oleh warga desa
Kepala desa Rejowinangun kecamatan Kademangan kabupaten Blitar Bhagas Wigasto, mengemukakan, acara bersih desa merupakan prosesi adat budaya yang sudah ada sejak dulu hingga sekarang.
“Rangkaian acara bersih desa di desa Rejowinangun diawali pada Rabu 23 Juni 2021, dengan pembacaan Yasin dan tahlil di cikal bakal desa Rejowinangun,”ujar Bhagas Wigasto kepada reporter IndonesiaPos. Jum’at, (25/6/2021)
BACA JUGA :
Agar Warganya Makmur dan Sejahtera, Pemdes Pojok Rutin Gelar Ritual Bersih Desa
Dijelaskan, tradisi ini lebih mengedepankan nguri-nguri budaya Jawa dengan harapan nanti dan seterusnya adat istiadat di desa Rejowinangun tetap terjaga.
“Kita juga nyekar ke makam pendiri desa, diantaranya yaitu makam Mbah Wilusentono, makam cikal bakal dan makam Raden Supangat,”tuturnya.
Menurutnya, ditempat itu semalam sudah dilaksanakan tahlil bersama kemudian ditutup dengan qotimul Qur’an dengan tujuan ditengah pandemi covid-19 ini Allah memberikan sebuah hidayah, memberikan sebuah jalan yang bagus bagi warga masyarakat Rejowinangun bisa bertahan dalam bidang ekonomi maupun segala kesehatannya.
BACA JUGA :
Dirjen Pembangunan Desa Tinjau Lokasi Pembangunan Obyek Wisata di Karangsono
“Pucak acara, bertempat di desa Rejowinangun diadakan ruwatan masal berkaitan dengan meruwat murwokolo yang dilaksanakan oleh pemdes beserta masyarakat desa dengan catatan tetap memakai protokol kesehatan dan kita akan berusaha mengurangi jumlah warga yang hadir,”tandasnya.
Bhagas menceritakan, ruwat murwokolo itu merupakan sebuah tradisi atau sebuah budaya yang mana sebuah rangkaian kegiatan yang bersifat budaya Jawa melalui media wayang, disitu ada penokohan Murwokolo itu bisa bencana sebuah tokoh Betarakala, dimana dia itu menjadi sumber segala petaka.
Sehingga, apabila diruwat itu dilaksanakan akan terhindar dari semua mara bahaya dan petaka serta pada umumnya covid-19 ini bisa hilang dan sirna di desa Rejowinangun.
“Kemudian, kita sangat berharap, ruwatan murwokolo sebagai bentuk ikhtiar masyarakat desa yang sudah turun-temurun itu wujud memohon kepada Allah SWT berkaitan dengan terhindar dari mara bahaya, hanya saja menggunakan media wayang,”terangnya.
BACA JUGA :
Pemdes Gogodeso Blitar Kembali Bagikan BLT DD Pada 62 Warganya
Dia menambahkan, wayang itu beda jauh dengan wayang Purwa tetapi kalau ngeruwat purwokolo dan media wayang ini memang ada sebuah cerita tersendiri yang untuk menghindar dan teknik menghindari daripada betarakala yang membawa malapetaka pada bencana tadi. Ruwatan oleh Ki dalang Sodhi dari desa Plosorejo.
“Demi mendukung kelancaran acara bersih desa berbagai persiapan telah dilakukan. Karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19, para tamu undangan yang sengaja dibatasi untuk mencegah kerumunan, pun juga protokoler kesehatan tetap dilaksanakan bagi seluruh warga,”imbuhnya (Lina)